Chereads / Wingless Angel / Chapter 2 - 02. AKAD

Chapter 2 - 02. AKAD

"Happy new year, papa."

"Happy new year, mama."

Percikan kembang api menghiasi langit kota Jakarta, sangat cantik. Dari ketinggian lantai lima belas apartement, Helsa menyaksikan semuanya. Ini pergantian tahun pertama tanpa papanya, dan juga tanpa Akmal. Hubungannya bersama pemuda itu memang belum berakhir, namun semuanya sudah dia putuskan. Helsa akan menemuinya dalam bulan ini. Karena sebentar lagi, dia akan resmi dipersunting dokter Ryan.

Kehamilannya sudah memasuki bulan kedua, maka dari itu Ryan mempercepat pernikahan mereka. Helsa pun sudah bertemu dengan keluarga besar Brahwijaya, wanita itu diterima baik oleh keluarga itu. Apalagi bunda Marimar, ibu dari dokter Ryan sangat tertarik pada Helsa.

Malam pergantian tahun ini dihabiskannya seorang diri. Helsa tidak mau diganggu, dia mau menikmati kesendriannya, mengumpulkan segala keberaniannya untuk menemui Akmal.

Ting ...

Ting ...

Suara bell pintu kamar apartement mengalihkan perhatiannya. Helsa meletakkan cangkir teh yang dipegangnya, lalu beranjak menuju pintu masuk. Dia menyempatkan diri untuk melihat dari celah kecil pada daun pintu, untuk memastikkan siapa yang bertamu tengah malam seperti ini.

Jakarta memang masih sangat ramai karena perayaan kembang api penutupan tahun, tapi dia harus lebih waspada.

Helsa membuka pintu secara perlahan, namun yang ditemukan hanya sebuah paket yang tergeletak di lantai. Merasa penasaran, wanita itu mengambilnya dan membawa ke dalam.

"Kalau ini isinya bom gimana?"

"Tapi ... Duh, makin penasaran kan. Mending dibuka," ujarnya sambil membuka pita berwarna biru muda yang mengikat pada bagian atas paket tersebut.

"OMG ... Cantik banget!" pujinya sambil mengeluarkan isi paket itu. "Eh, ada suratnya juga ternyata."

'Happy New Year, Helsa. Jangan lupa makan cake-nya. Itu buatan bunda untuk menantunya.'

'Jangan begadang ya. Ingat, kamu lagi hamil. Mas pengen kesana, tapi kamu maunya sendiri.'

Love, Ryan.

Helsa menatap takjub cake pemberian bunda Marimar. Sebagai info, ibu dari dokter tampan itu memang jago dalam hal masakan, apalagi kue.

"Makasih mas," ucapnya. "Padahal emang dari tadi pengen banget."

Helsa segera menuju dapur untuk mengambil piring dan garpu. Tidak lupa dia membuat satu gelas susu bumil. Sejak dia ketahuan hamil, saat itu juga Renata dan Ryan menemaninya untuk cek kandungannya.

Helsa menduduki kursi pantry, menikmati cake pemberian ibu mertuanya. Dia akan segera tidur setelah ini. Tidak baik jika harus begadang.

Namun saat potongan cake terakhir, dering handphonen mengalihkan perhatiannya. Helsa pikir itu Ryan, dengan cepat dia mengambil benda pipih itu dari nakas yang ada di kamarnya. Panggilannya terputus begitu saja saat dia hendak meraihnya, dan ternyata yang menghubunginya adalah Arjun.

"Sa ... Akmal mabuk berat. Lihat video yang gue kirim ya, lagi loading."

Satu pesan dari Arjun membuatnya terkejut, Akmal berulah lagi kan. Ya, memang akhir-akhir ini Helsa memberi kontaknya untuk Arjun. Jujur saja, Helsa khawatir dengan keadaan Akmal. Maka dari itu, cuma Arjun yang dia percayakan untuk mengawasi Akmal.

Seperti yang sudah-sudah, Akmal memang sudah terlalu bergantung pada Helsa. Apa-apa harus Helsa, harus sama Helsa. Apa Akmal bisa menerima keputusan Helsa nanti?

Beberapa saat kemudian pesan kembali masuk dari Arjun, itu video yang dimaksudnya barusan.

"Al, udahlah. Lo kebanyakan minum, lo nggak takut kenapa-kenapa di jalan pulang nanti?" tegur salah satu yang bersamanya di dalam video tersebut.

"Eh, Malik. Helsa bakal balik lagi, nggak usah lo nangis."

"Lagian apa sih yang lo harapin dari dia?! Man, ini malam pergantian tahun. Harusnya kita senang-senang disini, bukan denger lo nangis."

Suara tangisan terus menghiasi video itu, terlihat Akmal yang sedang bersandar pada sofa. Banyak amer dan beberapa minuman beralkohol yang tersajih diatas meja.

"Tau apa lo semua, bangsat?!" racaunya, lalu satu botol amer diteguknya hingga kandas. "Sa ... gue harus nyari lo kemana lagi? Gak bisa kayak gini, Sa. Ayo, pulang!"

Helsa menangis lagi karena Akmal. Dia tidak melanjutkan nonton video itu. Hanya akan menambah luka.

"Akmal, kalau waktu bisa aku putar kembali, lebih baik nggak ada perkenalan antara kita. Maaf Akmal, maaf."

Air mata membawanya ke alam bawah sadar, Helsa tertidur dengan jejak air mata pada permukaan pipinya. Sudah biasa seperti itu.

***

Matahari pagi menyeruak masuk ke dalam kamar apartement milik seorang perempuan yang masih tertidur dalam balutan selimut yang tebal. Wajah cantiknya tak luntur. Pria yang sebentar lagi menjadi suaminya tersenyum simpul menyaksikan wajah calon istrinya saat tertidur.

Tangan kekarnya mengusap wajah itu. "Kamu nangis lagi," lirihnya ketika sadar akan jejak air mata pada pipi perempuan itu.

Ryan tahu apa yang selalu perempuan itu tangisi. Ryan tahu bagaimana Helsa mencintai kekasihnya, sulit memang harus melepaskan orang yang sudah lama bersamanya. Dokter tampan itu akan menunggu, dia yakin suatu saat nanti Helsa pasti bisa mengikhlaskan semuanya.

"Helsa ... Ayo bangun!" satu kecupan mesrah pada kening membuat perempuan itu menggeliat kecil sembari membuka perlahan matanya.

"Mas, kok bisa masuk sini?"

"Ini," tunjuk Ryan sebuah kartu akses yang diberikan Renata untuknya.

"Mama?" tebak Helsa. Dan Ryan mengangguk.

Helsa menyibak selimut, duduk dipinggir ranjang sembari menatap Ryan yang juga menatapnya.

"Helsa, mandi dulu ya mas." Kata Helsa yang hendak berdiri namun dicegah Ryan.

"Sa, kalau masih mau nangis, ayo aduin sama mas. Nggak apa-apa kok, mau cerita apa? Mas dengerin," ujar Ryan.

"Siapa yang nangis? Nggak kok," bantahnya dan berusaha untuk tidak menatap Ryan.

"Sa, lihat mas!" pinta Ryan. "Tiga minggu lagi kita seranjang, kamu harus lebih terbuka tentang masalah kamu. Mas nggak marah kok mau cerita soal Akmal. Lepasin semua yang kamu pendam, mas nggak apa-apa kalau kamu harus nangis karena dia."

"Nggak ada yang harus ditangisin lagi," balasnya. "Helsa akan terbiasa sama semuanya. Mas, jangan khawatir."

Ryan menampilkan senyum, membawa perempuan itu ke dalam pelukannya. Dia percaya pada perempuan itu. Helsa akan mencintainya lebih dari mencintai Akmal.

Semoga kelak Akmal bisa mencintai perempuan pilihannya, seperti dia mencintai Helsa.

Bahagia selalu Akmal.

***

"Sa, ini serius?"

Pertemuan dadakan membuat Arjun dan Ando harus bolos sekolah hari ini. Sudah lama sekali Ando tidak berjumpah dengan partnernya itu, bedah lagi Arjun yang selalu menukar kabar dengan Helsa.

Mereka duduk di salah satu cafe yang jaraknya tidak jauh dari apartement Helsa.

Ando menatap senduh sahabatnya itu, begitu pun dengan Arjun yang menampilkan raut wajah ibah.

"Katanya lo mau ikut paket dan berangkat ke Kanada. Kenapa sekarang jadinya nikah, Sa?" sesal Arjun sambil memandang undangan pernikahan yang diberikan Helsa untuk keduanya.

"Ada hal yang nggak bisa gue kasih tahu sekarang," jawab Helsa.

"Lo udah ketemu Akmal?" tanya Arjun. "Kasihan dia, Sa. Kayak orang stres kalau berangkat sekolah, dia lebih gampang adu otot sekarang. Nggak tahu mau jadi apa kedepannya."

"Semuanya sudah berakhir, gue sama Akmal. Dua hari yang lalu, akhirnya nggak sengaja ketemu di rumah. Akmal peluk gue, ucapin hari jadi kita yang masuk empat tahun, dan ucapan perpisahan."

"Gue jadi kasihan sama bajingan itu. Definisi jagain jodoh orang sih ini," sambung Ando.

"Sa, lo jujur soal pernikahan ini?" tanya Arjun lagi.

"Nggak! Gue nggak bisa jujur untuk yang satu ini," balas Helsa.

"Gue kangen Bella," ucap Ando tiba-tiba. "Kenapa harus dia sih?"

"Nggak usah dibahas," pungkas Arjun kesal.

Pemuda itu memang menaruh rasa untuk Bella, namun dia kecewa pada gadis itu. Arjun pikir, Bella adalah gadis yang baik, yang selalu bisa jadi sandaran untuk sahabatnya, nyatanya dia yang menusuk Helsa dari belakang. Arjun juga kecewa akan kepergian Bella yang tidak pamit padanya.

"Gue dah tahu, Jun. Lo suka kan sama Bella?" Ando mengintimidasi dengan kabar yang beredar akhir-akhir ini.

"Udah! Ngapain dibahas?" balas Helsa dengan sinis. "Nggak guna juga."

"Tapi, Sa ... Gue belum pernah lihat calon suami lo, yang mana?" tanya Ando penasaran.

"Jun, coba lo jelasin sama dia."

"Yang pastinya mapan, baik, ganteng. Nggak kayak lo yang belangsak," sarkas Arjun.

"Sial ya lo, Jun. Gue sumpahin berkarat, nggak ada yang naksir."

"Bacot!"

Suasana tampak ramai terlihat dari meja yang mereka tempati, Ando dengan tingkah absurdnya yang selalu membuat mood Helsa membaik. Momen ini yang akan dia rindukan, tentang Ando dan Arjun yang setia padanya. Jujur saja, ini terlihat kurang karena Bella tidak disini. Semoga Bella bisa menjalani hari-harinya dengan baik.

***

Hari yang dinantikan kedua mempelai dan keluarga sudah di depan mata. Tepat tanggal 30 January, acara akad dilangsungkan di salah satu hotel bintang lima di Jakarta Selatan.

Ryan yang kesehariannya dengan jas putih rumah sakit, hari ini dengan gagah mengenakan jas putih pernikahan. Aura ketampanannya benar-benar terlihat, senyumannya tidak luntur. Sedangkan Helsa masih berada di ruangan yang berbeda.

Ayat-ayat Al-Qur'an melantun dengan indah, membuat suasana disana menjadi syahdu. Ryan terlihat santai, walaupun ini yang pertama untuknya. Lancar ya pak dokter.

Banyak tamu undangan yang datang menyaksikan akad tersebut, salah satunya rekan-rekan bujangnya. Disana juga terlihat Ando dan Arjun. Kasihan Akmal, dia tidak mengetahui pernikahan ini, meskipun hubungannya bersama Helsa sudah selesai. Baik Ando maupun Arjun sudah menutupi pernikahan Helsa dari sekolah.

"Ananda Adryan Brahwijaya bin Franco Brahwijaya, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Helsa Septian binti Yuda Andrean dengan mas kawin berupa seperangkat alat shalat dan uang tunai sebesar satu milyar, dibayar tunai."

Dengan satu kali tarikan nafas, Ryan mengucap Kabul dengan mantab. "Saya terima nikah dan kawinnya Helsa Septian binti Yuda Andrean dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya bapak penghulu kepada para saksi pernikahan.

"Sah." Jawab segenap saksi pernikahan Adryan dan Helsa.

Dan pada akhirnya, Helsa jatuh ke dalam naungan seorang pria yang baru dikenalinya. Melepaskan Akmal yang sudah membangun masa depan bersama. Hari ini, Helsa resmi menjadi istri dokter Ryan. Helsa sudah melangkah jauh.

Selamat tinggal Akmal.

Seorang wanita dengan gaun putih panjang memasuki ruangan ijab kabul dengan senyuman yang manis, senyuman bahagia bercampur sedih. Dengan empat bridesmaid yang menuntunnya, Helsa melangkah penuh yakin menuju suaminya yang sudah menantinya di depan sana.

Dari depan, terlihat Ryan mengusap air matanya dengan sehelai sapu tangan, kehadiran Helsa membuatnya semakin yakin akan wanita itu. Ini adalah pilihannya. Dan hari ini dia resmi menjadi seorang suami, tanggung jawab yang sesungguhnya sudah di depan mata.

"Selamat datang di duniaku. Kamu akan menemukan hal baru, yang tidak pernah kamu temui sebelumnya." Ucap Ryan sambil mencium mesrah buku-buku jari milik istrinya.

***

Bagaimana chapter ini?

Suka? Silahkan tinggalkan jejak disini