"Sudah Kan," kata Hakim.
"Kalo gitu, lo bisa pergi." Kana masih saja memperhatikan layar komputer.
"Nih." Hakim meletakkan spidol merah itu di samping ponsel Kana. Di saat yang sama, ponsel itu menyala lagi. Hakim yang memiliki sikap jail, membaca pesan yang tertera di layar. "Dari siapa nih? Dia ngajakin lo ketemuan."
Segera Kana menoleh dan melihat apa yang dilihat Hakim. Dia pun langsung mengambil ponselnya lalu memeriksa pesan masuk. Wajahnya tampak panik saat membuka pesan itu.
"Dia siapa?" tanya Hakim penasaran. "Pacar lo ya?"
Setelah membaca pesannya, baru Kana bisa bernapas lega. Ternyata apa yang dia takutkan tidak terjadi. Pesan yang dilihat oleh Hakim bukan pesan dari Bima.
"Bukan siapa-siapa gue," jawab Kana dan dia mengabaikan pesan itu lagi.
"Jangan bilang ... itu...." Omongan Hakim menggantung sambil memperhatikan reaksi Kana.
"Emm, cowok yang sering bolos itu."
"Dia masih ngejar lo?"
Kana mengangguk. "Enggak pernah gue kasih tanggapan, tapi dia masih aja suka kirimin gue pesan. Nanya kabar, kirim foto, sama kayak yang lo liat tadi, ngajak ketemuan."
"Dia kirim foto bugil ke lo?" tanya Hakim dengan mata terbelalak.
Kana menggeleng sambil mengerutkan dahinya. "Dia kirim foto soal makanan atau barang buat cewek. Terus tanya sama gue lebih bagus yang mana atau kamu suka yang mana. Semacam itu lah."
"Lo jawab apa?" tanya Hakim penasaran.
"Ya jelas enggak gue jawab," ucap Kana santai.
"Gue rasa dia beneran suka sama lo, Kan."
Kana hanya menaikkan kedua bahunya. Untuk pacaran, sekarang bukan menjadi prioritasnya. Apa yang penting buatnya hanyalah, uang, nilai yang tinggi dan rasa hormat orang lain terhadapnya. Tiga hal itu sudah cukup, tidak usah berlebih karena hanya akan mendatangkan bencana untuknya.
"Lo mau gue antar pulang nggak?" tawar Hakim.
"Nanti, pacar lo marah nggak?" sindir Kana karena dia sudah sering berhadapan dengan Thania tiap kali Hakim mengantarnya pulang.
"Lo tenang aja, Thania sudah ngerti soal gue sama lo kok." Hakim menaikkan kedua alisnya.
"Kalo sampai gue disalahin sama Thania lagi, lo yang bakal gue salahkan," kata Kana sambil menunjuk Hakim dengan dari telunjuknya.
"Iya, lo tenang aja."
Kana pun akhirnya memutuskan untuk menyetujui ajakan Hakim. Lagi pula, akan lebih baik dia menumpang pulang dengan cowok itu. Sehingga dia tidak perlu mengeluarkan uangnya untuk membayar angkutan umum. Kana jadi bisa lebih berhemat pengeluarannya.
"Bentar, gue beres-beres dulu," kata Kana. Tugasnya dia simpan ke folder yang memang sudah diperuntukkan untuknya. Folder itu berisi tugas kuliah Kana dan dia menggunakan kata sandi untuk membukanya. Tentu saja hanya Kana yang mengetahui kata sandi folder itu.
***
"Makasih Kim," ucap Kana saat Hakim menghentikan motornya di depan sebuah gang kecil.
"Sama-sama, gue pergi dulu ya. Bye," ucap Bagas sebelum akhirnya dia melajukan motornya lagi lagi.
Rumah mereka yang searah membuat Hakim sering mengajak Kana pulang bersama. Namun sering kali, hal itu disalah artikan dengan Thania pacar Hakim. Memang, jika dilihat itu sangat mencurigakan. Perempuan mana pun bisa saja cemburu.
Kemarin Thania sempat berdebat hebat dengan Hakim soal ini. Namun Hakim berhasil menyakinkan Thania bahwa dia tidak akan berpaling. Alasan Hakim sering mengajak Kana pulang hanya untuk membantu cewek itu. Hakim menjelaskan pada Thania bagaimana keadaan keluarga Kana.
Cewek itu terlihat sempurna di mata publik. Pada kenyataannya, Kana memiliki kekurangan terutama soal keuangan. Hidup cewek itu jauh dari kata cukup. Sehingga tidak heran kalau Kana tidak mampu membeli laptop agar bisa mengerjakan tugasnya.
Setelah dijelaskan dengan Hakim, akhirnya Thania bisa memahami alasannya. Akan tetapi, tetap saja dengan berbagai ancaman dari Thania. Salah satunya seperti, "Awas aja kalau sampai kamu berubah, orang pertama yang aku tuduh adalah Kana."
Hakim tersenyum tipis jika mengingat cara Thania mengatakan ancaman itu.