"Maksudmu, minuman…" sekarang aku malah ikut menggerak-gerakan tanganku antusias. Aku yakin dia paham karena Jinki oppa langsung mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aaaahhh oppa. Kenapa kakak iparmu menaruh minuman seperti itu sembarangan?"
"Aku juga tidak tahu." Dia mengangkat bahunya.
Kemudian aku menundukan kepalaku. Mendadak rasa takut itu pun muncul. Apalagi kalau bukan aku akan hamil. Kemungkinan terburuk itu pasti akan ada.
"Mirae-ya." Jinki oppa berkata lembut. Lalu memegang tanganku. Entahlah, aku merasa genggaman tangannya itu begitu menguatkanku. Aku masih menundukkan kepalaku. Menahan air mata sialan ini yang terus mendesak keluar. Aku tidak ingin menangis di depan pria baik-baik ini. Demi mengikuti naluriku aku membalas genggaman tangan Jinki oppa. Merasakan bahwa aku benar-benar merasa kuat hanya dengan menggenggam tangannya saja. Hanya seperti ini Tuhan, aku mohon biarkan tangan ini menggenggam tanganku.
