Dia memiringkan kepalanya kemudian mengangguk. "Bisa dibilang seperti itu." katanya dengan gaya yang santai.
"Setahuku jika seorang pria sedang melamar wanita. Sang pria akan berlutut di hadapan sang wanita, kemudian berkata romantis sambil menyematkan cincin berlian di jari manisnya."
"Itu hanya simbol." Jawabnya cepat seperti mengoreksi perkataanku. "Jika kau menginginkan seperti itu aku bisa melakukannya untukmu. Tapi yang penting itu adalah hati. Ketulusan." Dia menaruh telapak tangannya di atas dadanya kemudian memukul-mukulkannya dengan pelan.
"Tapi aku belum ingin menikah. Aku masih kuliah."
"Alasan klasik." Dia mendengus.
"Kau memaksaku?"
"Tidak," dia menggelengkan kepalanya cepat. "Aku hanya berjanji. Di masa depan nanti aku akan melamarmu. Menjadikanmu sebagai satu-satunya wanita yang menemani sisa hidupku."
"Mmm… kedengarannya begitu menyenangkan. Tapi itu bukan janji. Melainkan tujuan hidup." aku mengeluarkan ponsel di dalam tasku.