Ya, aku hanya perlu menuruti saran dari sahabatku yang tercinta itu. Yaitu, cuek. Iya cuek. Sesuai yang di ajarkan Iseul aku berjalan menelusuri lorong kampus kemudian berjalan hingga ke koridor dan akhirnya, aku sampai di depan kelasku. Ini sih namanya bukan cuek, tapi lebih tidak tahu diri. Sudah punya salah, masih saja percaya diri melenggang di gedung kampus. Ah, peduli setan, aku memang tidak salah. Mau di apakan lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Mulut comel Iseul sudah menjadi malapetaka bagi kehidupanku.
"Mirae-ya, aku kira kau tidak punya nyali untuk datang ke kampus. Akhirnya kau berani juga memunculkan batang hidungmu di sini." Iseul menepuk pundaku riang. Aku yang sedang menghadapi antara hidup dan mati ini dia masih bisa tersenyum. Bagus.