Aku menjentikan jariku. Suatu pemikiran muncul di saat yang tepat. "Jinki oppa. Dia seniorku. Dia ketua dari mahasiswa pecinta alam. Dia keren, hebat, pintar dan bisa diandalkan. Dan aku rasa dia bisa menjagaku."
"Kau itu mendeskripsikannya? Atau memujinya?" Aku mengerutkan keningku. "Tidak dua-duanya." Kataku menggelengkan kepalaku.
"Itu hanya alasanmu saja agar oppa ijinkan bukan? Pokoknya sekali oppa bilang tidak boleh, ya tidak boleh. Aku tidak ingin kau mengambil resiko berkeliaran di alam bebas. Apalagi hutan. Itu sangat berbahaya. Tidak sepantasnya anak perempuan pergi ke tempat seperti itu. Kau tahu kan oppa tidak ingin kau.."
"Oppa tidak ingin aku dijahati orang, oppa tidak ingin aku dalam bahaya. Dan oppa tidak ingin aku dibunuh orang." Aku segera memotong kalimat oppa-ku yang sudah aku hafal apa kelanjutannya. Aku mendengus kesal. "Itu pemikiran yang paling bodoh oppa. Tidak akan ada orang yang akan membunuhku."