"Lalu, aku bisa membayar hutang-hutang ayahku?"
"Menurutmu? Jangankan hutang-hutang ayahmu, kau juga menyekolahkan adikmu hingga ke perguruan tinggi."
"Eonni." Tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang. Kami pun menoleh.
"Eonni. Eomma menyuruhku datang kemari. Karena eomma bilang aku di perbolehkan magang di kantormu."
"Mwo? Kapan aku bilang begitu?" Jiyoo menyikut tanganku.
"Biarkan saja. Itu lebih bagus. Mungkin Nana bisa membantu rencanamu." Jiyoo berbisik padaku. aku melihatnya mulai berpikir.
"Oke. Tapi aku punya rencana. Kau jangan membongkarnya pada siapapun." Aku mengatakan dengan tajam. "Apa kau bisa di percaya?"
"Aku? bisa di percaya?" kulihat wajahnya keheranan. Dia mencondongkan wajahnya. "Wae? apa kalian punya rahasia? Katakan padaku." wajahnya berbinar-binar.
"Begini.." aku mulai menceritakan semuanya pada Nana. Bisa kulihat dia seperti memutar otak untuk mencerna apa maksudku.
"Itu mudah. Aku pernah menonton film seperti ini." katanya.
***