"Kau sudah tahu jawabannya."
"Ne, arraseo." Dia mengangguk-anggukan kepalanya sebelum dia pergi dengan sedikit rasa kekecewaan di wajahnya. Mungkin dia akan meminta barang yang diinginkannya pada yang lain.
Baiklah, bukannya aku tidak ingin melakukan seks dengan kekasihku. Seperti yang aku bilang tadi. Aku hanya merasa takut. Meskipun aku sering pergi ke club malam dan mabuk-mabukan bersama teman-temanku sekaligus dengan pacarku tapi untuk hal itu jujur saja aku merasa sacral. Tidak dapat aku pungkiri dia selalu memintanya padaku. Mungkin karena teman-temannya sudah merasakan sesuatu yang mereka bilang surga dunia, tapi aku selalu ragu untuk mengiyakannya. Untungnya dia tidak pernah kecewa walaupun mendapat beribu-ribu penolakan. Tapi sialnya setelah penolakan itu dia harus mendapatkan nikmatnya bibirku, leherku dan nyaris seluruh tubuhku dan itu cukup membuatnya merasa puas.
