"Siapa tahu aja elo ternyata hombreng."
"Kampret lo!"
Tanpa segan-segan Gema menempeleng dahi Lintang oleh telapak tangannya.
"Weits, tenang sob. Jangan coba-coba mancing. Gue sedang mempertahankan kewibawaan gue sebagai seorang wanita karir yang sukses biar terkesan berkelas. Jadi jangan bikin gue jadi bar-bar."
"Karir boleh sukses tapi apes dalam masalah cinta."
"Orang sirik kuburannya sempit."
"Gue udah beli lapangan golf buat ntar ngubur mayat gue. Jadi tenang aja gue enggak bakal kesempitan."
Pada saat yang bersamaan ponsel Lintang berbunyi dan mendapat pesan dari Malik bahwa dia sudah berada di depan. Lintang mengajak Gema keluar namun setelah Malik melambaikan tangannya tubuh Gema nyaris Limbung. Matanya tak lepas dari sosok Malik yang kini sedang berjalan ke arah mereka. Tanpa dia sadari kedua tangannya mengepal di sisi tubuh.
"Hai,"
Malik memberikan kecupan singkat di pipi Lintang tapi cukup membuat gadis itu merona.
