Hanum mengangguk kecil sambil memandang lengan Alfat.
"Kenapa? Masih aneh liat orang punya tatto?"
"Oh, enggak kok." Jawab Hanum cepat. "Justru saya pengin banget punya tatto."
"Terus udah bikin?"
"Kalau saya mau liat orang tua saya mati berdiri, udah saya bikin tatto dari dulu."
Hanum serius dengan apa yang dikatakannya tapi pria berbadan kurus itu justru tertawa mendengarnya.
"Sebagian besar orang tua memang menganggap tatto itu buruk, dan memandang negatif kepada orang yang memasang tatto."
Kepala Hanum mengangguk sebelum dia menyesap caramel machiato. "Padahal buat saya tatto itu merupakan bentuk pesan tersirat paling romantis dan memiliki seni yang tinggi. Saya punya keinginan punya tatto kaya kamu."
"Jadi, kamu lebih mengikuti paham orang tuamu atau mengikuti kata hatimu?"