Hanum mengangguk kaku. Diam-diam dia meremas ujung blusnya.
Pembahasan pun mereka lewati dengan degup jantung Hanum yang bertalu tak beraturan. Selama hampir 30 menit dia tidak benar-benar mendengarkan apa yang di ucapkan Malik karena sibuk meneliti setiap lekuk wajah pria di hadapannya yang ketampanannya tidak manusiawi.
Bagaimana bisa Tuhan menciptakan makhluk tanpa cela seperti sosok Malik, yang mungkin saja bisa membuat para pria menatap sinis padanya. Hanum berpikir ini rasanya tidak adil, apalagi bagi dirinya yang memiliki pengendalian diri yang cukup payah.
Tiba-tiba dia teringat Nabi Yusuf. Jika ketampanan Malik hanya seujung kuku dari kesempurnaan wajah yang dimiliki Nabi Yusuf maka bagaimana sebenarnya sosok Nabi tersebut. Pantas para wanita itu bisa mengiris jari-jari mereka tanpa sadar. Karena yang dilakukan dirinya saat ini adalah terus mencengkeram rok nya tanpa benar-benar dia sadari.
Ini benar-benar tidak adil dan tidak berperikemanusiaan.