Ada satu dan lain hal yang menjadi pertimbangan Kirana untuk menerima lamaran Dimas. Pernikahan bukan hanya soal cinta. Itu lebih kompleks dari sekadar jatuh cinta. Jadi, dia harus memiliki setidaknya satu saja yang akan membuat hal yang kompleks itu jadi sedikit agak ringan. Tapi, dia tidak menemukannya. Bukan, dia bukan tidak cinta pada pria itu. Dia bahkan nyaris mati saat Dimas tidak ada kabar dalam dua hari. Kirana hanya butuh sebuah keyakinan. Satu keyakinan bahwa nantinya, pernikahannya tidak akan berakhir persis seperti ibunya.
Tidak perlu meminta penjelasan apapun, Kirana tahu bahwa saat Dimas mengantar dia ke kosan, lalu pergi tanpa pamit, pria itu marah besar. Dan sialnya, Kirana tidak bisa melakukan apapun selain menatap kekosongan pada kendaraan roda empat milik Dimas, sampai menghilang dari pandangan.