Hari yang melelahkan bagi Abel. Baru kali ini kantor terasa seperti neraka bagi wanita itu. Menghadapi Kevin setiap hari rasanya seperti akan menjemput maut. Abel harus mengontrol detak jantungnya setiap saat. Harus menahan untuk tidak terlalu bahagia setiap Abel berpapasan dengan Kevin. Apalagi saat tanpa sengaja pandangan mereka bertemu.
Abel berharap kalau Tristan akan selamanya di tempatkan di kantor cabang, jangan kembali lagi ke kantor pusat. Menghadapi Kevin saja sudah jantungan, apalagi kalau di tambah ada Tristan. Bisa-bisa dia mati muda.
Sejauh ini, sebisa mungkin Abel harus mengendalikan perasaannya agar tidak terlalu berlebihan pada Kevin. Walau bagaimanapun Abel harus mempertahankan Tristan, karena dia calon suaminya. Ingat! Calon suami. Astaga, kenapa Abel tidak senang mengetahui kenyataan bahwa Abel akan segera menjadi istrinya. Bukannya ini yang dia tunggu-tunggu. Tapi kenapa rasanya justru biasa-biasa saja. Pasti ada yang tidak beres dengan diri Abel.