Aku melempar ponsel ke atas kasur karena lelah memikirkan pemberitaan yang sedang santer terdengar. Risiko menjadi artis memang seperti ini, setiap langkahku terus diawasi. Seperti aku tidak boleh melakukan sedikit saja kesalahan. Tapi masa bodoh selama video tersebut tidak berpengaruh apapun pada karirku. Aku masih bisa melakukan pekerjaan tanpa hambatan. Jadi untuk apa dipikirkan.
Baru saja aku akan keluar dari kamar ponselku berbunyi nyaring dan siapa lagi kalau bukan Jeremy.
"Fay, Gawat!"
Apa dia punya kebiasaan tidak mengucapkan salam di telepon.
"Gawat apanya?"
"Kau masih di apartemen?"
"Ya. Ada apa sih?"
"Tunggu aku disana."
Aku mengernyit saat sambungan telepon di putus sepihak oleh Jeremy. Gawat apanya sih.
Ada yang menggedor pintu apartemen keras-keras seperti orang kesetanan. Pasti itu Jeremy. Ya siapa lagi yang mampu melakukan keributan di apartemenku kalau bukan dia.
"Kenapa kau mengganti kode kuncinya?"