Semua mata tertuju pada kepergian Rey. Aku tertegun menatap punggungnya yang menghilang dari pintu kaca geser, masuk ke dalam kamarnya. Aku melihat Sera yang mematung di tempat, dengan wajah cemas sedang melihatku juga. Aku mengedipkan mata pada Sera, memberi tanda kalau semuanya bisa diatasi.
Aku mengejar Rey, berusaha untuk menjelaskan kepada Rey. Perlahan aku mengetuk pintu kamarnya yang tertutup.
"Rey," panggilku dari luar. "Boleh Mami masuk?" sayup-sayup aku mendengar suara ia akan kecil dari dalam kamar. "Rey," ketukku sekali lagi karena tidak ada jawaban. "Rey," sekali lagi, dan aku memutar kenop pintu.