"Besok aku jemput jam 8 pagi."
Jantungku kembali bertalu tidak tenang saat mendengar perintah Abi barusan. Kembali merasa gugup dan perutku terserang mulas begitu mendekati hari dimana aku harus bertemu dengan orang tua Abi.
Enam bulan yang lalu aku mengakhiri hubunganku dengan Ben dan satu minggu kemudiannya aku menerima lamaran Abi. Siapapun yang mendengar berita ini sudah pasti akan mengutuk diriku. Wanita macam apa yang tega membatalkan pernikahannya sendiri demi bersama dengan orang lain.
Begtu pun dengan keluarga Ben. Tidak sedikit sepupu-sepupu Ben yang berubah pandangan padaku. Mereka terang-terangan kompak membenciku. Orang tua Ben pun pada awalnya begitu, tapi saat Ben menjelaskan duduk perkaranya justru merekalah yang merangkul diriku. Apalagi saat mereka mengetahui bahwa Ben memiliki anak yang lahir tanpa pernikahan. Orang tua Ben merasa bersalah padaku sekaligus kecewa kepada Ben.
