Setelah sambungan telepon diputus oleh Vivi, kini giliran Fay yang menghubungiku. Aku melihat namanya sebentar untuk memastikan, karena baru saja aku menghubunginya tapi dia tidak menjawab. Sambil berganti baju, aku menjawab telepon dari Fay.
"Hallo,"
"An," terdengar nada nyaring di seberang sana. Fay, tidak bisa kalau tidak heboh. "Apa kau sudah tahu, kalu wajahmu tersebar di media sosial? Dengan rumor mengatakan-"
"Ya, aku tahu, Fay. Aku baru saja melihatnya. Vivi bilang, ini semua sengaja dibuat oleh Sera."
"Brengsek!" Umpat Fay. "Ini sudah keterlaluan, An. Kalau bisa, laporkan saja dia ke polisi. Urusan pengacara aku yang urus. Si sialan itu harus mendapat pelajaran."
Aku bisa merasakan kalau Fay sudah ada di ambang batas kesabaran. Terdengar dari nada bicaranya yang marah, emosi yang membara. Aku hanya bisa memejamkan mata, berusaha untuk tetap tenang walau saat ini kepalaku sudah mau pecah. Bagaimana bisa dia melakukan hal kekanakan seperti ini.