Abi menyisir rambutnya ke belakang, terlihat sama sekali tidak tenang. Dia mondar-mandir di depanku. Aku menatapnya heran. Ikut-ikutan menjadi bingung.
"An, kumohon jangan pergi dariku." Abi meremas kedua pundaku. Nada bicaranya terdengar putus asa.
"Aku bisa apa? Aku tidak punya pilihan, kau juga sama. Apa yang bisa aku lakukan terhadap diriku, terhadap kita?" Aku juga sama putus asa nya dengan keadaan ini.
"Kita bisa sama-sama menunggu." Tawarnya dan meyakinkan ku.
"Sampai kapan?" Daguku terangkat ke atas. "Kau bisa menjanjikan aku apa? Kau tidak bisa apa-apa, Bi. Termasuk terhadap dirimu sendiri."
Intensitas remasan tangannya di kedua bahuku melonggar, turun perlahan menyusuri lenganku hingga berhenti dengan menggenggam ke dua tanganku. Kepalanya menunduk menyembunyikan wajahnya. Aku hanya diam melihatnya begitu.