Rama berdiri di sana dengan carrier besar di balik punggungnya. Aku agak terkejut melihatnya di sini dengan kaus hijau lumut di balut kemeja kotak-kotak yang semua kancingnya di biarkan terbuka.
"Hai, kok bisa ada di sini?"
Aku menepuk dada Adit oleh punggung tangan sekilas ketika dia menatapku penuh tanya.
"Mmhh mungkin takdir yang membawa langkah kaki ku ke sini."
Terangnya membuat Adit mencibir. Hallah mungkin ini yang di namakan dengan anak senja. Orang-orang puitis yang mengejar-ngejar tenggelamnya sang fajar hingga ke puncak negri di atas awan.
Aku hanya bisa cekikikan melihat ekspresi Adit yang memasang wajah menjijikan.
"Oke," ucapku menahan tawa. "Sendirian?"
"Ram!"
Tiba-tiba ada yang memanggil Rama dari kejauhan. Dua orang laki-laki dengan kostum yang sama seperti Rama. Carrier besar-besar, sepatu gunung, jaket parka, mendekat ke arah kami.
"Kita harus ketemu dulu sama Pak Adit."