Langit Lembang memang selalu membuatku jatuh cinta. Tak sekali pun aku menemukan luka di sini, kecuali saat Mami dan Ayah tiada. Saat itu seakan tidak ada lagi warna biru, yang ada hanya kelabu dan mendung silih berganti. Patah hati paling berat menurutku.
Aku mengulas senyum saat melihat sosok wanita paruh baya sedang membawa keranjang besar di punggung, berisi tumpukan daun teh berwarna hijau. Begitu sosok itu menurunkan keranjang itu, lalu menaruhnya di sisi pagar kayu, aku segera menghambur ke pelukannya. Bi Endah, yang entah sejak kapan kehadirannya membuatku rindu.
Bi Endah menurunkan capingnya yang ada di kepala. Sebuag topi terbuat dari anyaman yang sering dipakai oleh pemetik daun teh. Melindungi kepala mereka dari sengatan teriknya matahari.
"Bibi kira kau tidak akan pernah pulang."