Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran wanita itu saat ini. Tatapan matanya menggelap dan dia terus mendekat padaku. Aku menyeret langkah kaki bergerak mundur ke belakang secara perlahan. Kenapa kakiku terasa berat, seperti ada beban beribu-ribu kilo yang menggantung di sana.
"Sera, Are you okay?" Seruku gugup, entah kenapa suaraku ikut bergetar. Tapi dia tidak menjawab, terus mendekat sampai akhirnya punggungku membentur batang pohon yang besar, sehingga aku tidak bisa lagi bergerak.
"Kau mau.. Kau mau apa?"
Sera menyeringai. Sedangkan jantungku masih berdentum cepat. Dan aku mengutuk semua yang ada di teras rumah Bi Endah, karena tidak ada yang menyadari ketidakhadiranku di sana.
"Yang mulia ratu!" Tepat saat tangan Sera terangkat ke atas suara Rey membahana. Dia seolah sedang meneriaki sang putri mahkota dari gangguan nenek sihir. Rey berlari mendekat padaku.
Aku segera memeluk tubuhnya seperti tawanan. Raut wajah Sera terlihat tidak suka melihat aku dan Rey.