Wait. Tunggu. Pria itu.
Aku membulatkan mata besar-besar. Meyakinkan diri bahwa apa yang sedang aku lihat bukan kesalahan. Sedetik itu juga seperti ada yang menghantam telak tepat di dadaku. Aku ingat. Aku tidak lupa. Aku tidak amnesia. Bagaimana bisa dia..
"Hey!" ucapku lantang sambil berdiri dari tempat. Pria itu membalikan badan dan menoleh padaku. Bukan cuma aku yang terkejut, tapi dia juga demikian. Matanya membulat lebar, wajahnya seketika menjadi kaku. Dia juga pasti tidak lupa denganku. "Kau.. Kau.. Si klimis penagih hutang, kan? Kenapa kau bisa ada di sini, kau.."
Pria itu megap-megap di tempat. Matanya berlarian ke mana-mana. Aku tahu dia siap dengan kemungkinan yang terjadi, aku juga. Jadi begitu dia mau mengambil langkah seribu, aku juga sudah siap.