Lalu ku tuangkan bir itu lagi sebagai gelas kedua. Dan ku tenggak lagi hingga habis. Aduh, perutku sepertinya bereaksi menolak. Di dalam sana aku merasa ada yang mengocok-ngocok perutku. Kemudian kutuangkan lagi sebagai gelas ketiga lalu keempat. Belum sempat bir itu habis di dalam botol, mataku sudah berkunang-kunang. Pandanganku mulai rabun. Orang-orang di depanku seakan menjadi banyak dan kenapa mereka berubah menjadi kembar. Aduh kepalaku sakit. Tidak. Aku tidak boleh mabuk. Aku harus kuat demi reputasiku. Tapi tubuhku menolak untuk gelas yang kelima. Aku sudah tidak kuat lagi. Perutku bisa kembung jika aku habiskan bir ini.