"Kau terlalu banyak berkhayal. Bagaimana bisa kau bahagia menjadi seorang appa yang akan mengurus seorang bayi, mencukupi kebutuhannya, belum jika anak itu merengek, nakal dan melakukan hal-hal yang membuatmu frustasi."
"Tenang saja. Aku sudah banyak belajar dari dirimu. Bukankah kelakuanmu tidak lebih dari seorang bayi?" dia mengangkat kedua alisnya ke atas.
"Ya! Jinki-ya.!"
"Ssttt kau tidak ingat ini di rumah sakit. Tidak boleh berisik apalagi ibu hamil tidak boleh berteriak-teriak nanti menimbulkan efek yang jelek terhadap bayi kita." Jinki menempelkan telunjuknya di depan bibirnya.
"Aishh." Aku mendengus kesal.
Kemudian tiba-tiba Kibum keluar dari ruang perawatan Hyerim dengan raut wajah yang cemas. Membuat kami berdiri bersamaan.
"Panggilkan dokter. Ppalli!" Kibum berteriak menuyuruh kami memanggilkan dokter. Kemudian dengan sigap Jinki berlari memangilkan dokter. Lalu kembali dengan seorang dokter paruh baya. Dokter itu memasuki ruang perawatan Hyerim.