Heesun melepaskan pelukannya. Di tatapnya Howon lekat-lekat seakan-akan ingin merekam setiap lekuk wajah pria itu. Matanya sudah berair. Hatinya mendadak kacau. Heesun terus memandang membuat Howon terlihat bingung.
"Aku tidak akan memaksamu untuk menciumku. Aku sudah menyerahkan segalanya pada takdir."
"Kau menyerah?"
"Aku hanya menunggu takdir Heesun. Dengan kau mencintaiku dengan tulus, itu sudah cukup bagiku. Aku tidak akan meminta lebih padamu."
"Bukankah ini hari terakhirmu?"
"Ne. Maka dari itu aku menyerahkan segalanya pada takdir. Aku hanya menunggu. Apa yang akan takdir lakukan padaku." Howon membelai wajah Heesun dengan lembut. "Maukah kau berjanji satu hal padaku?" Heesun mengangguk.
"Apa?"
"Berjanjilah untuk tetap hidup dengan baik jika aku tidak ada di sisimu lagi. Jangan buat dirimu menderita karena mencintaiku. Berjanjilah padaku bahwa kau akan bahagia dan baik-baik saja. Lakukan itu demi aku."
