"Tidak." Jawabku cepat. Kemudian Kibum melihat ke arahku. "Oh, maksudku, tidak secepat itu. Mungkin benar juga. Bercinta. Seks. Mungkin itu akan membantu." Lanjutku setelah melihat tatapan Kibum seperti tidak terima.
"Jika kau belum siap, aku tidak akan memaksamu." Katanya dengan lembut dan penuh wibawa. Aku bisa menilai bahwa Kibum sangat intelek.
"Dan setelah kau pulang dari rumah sakit, kau boleh tinggal dengan eommamu di rumahnya. Aku takut kau akan asing untuk pulang ke rumah. Dan berada dengan orang yang tidak kau kenal." Ucapnya dengan memandangiku. Aku tahu aku tidak mengenalnya. Tapi dia suamiku. Aku harus tinggal bersamanya.
"Kibum?" kataku hati-hati. "Aku rasa, aku harus pulang denganmu dan tinggal bersamamu."
"Kau serius?" kulihat wajah Kibum berbinar-binar. Tapi juga terkejut.
"Kau suamiku." Kataku. "Aku harus bersamamu."
"Tapi kau tidak ingat aku." kata Kibum tidak yakin. "Kau tidak mengenalku."