"Ra," sebuah tangan mengusap pundak Kirana. Membuat gadis itu mendongak.
Mata Kirana melebar saat saat mendapati Dimas duduk disampingnya. Tatapannya terpaku pada pria itu. Entahlah ada yang berbeda dari Dimas saat ini. Rambutnya yang basah, wajahnya yang terlihat lembab, dan aroma tubuhnya yang wangi. Semua itu perpaduan yang pas baginya. Baru kali ini Kirana melihat Dimas begitu... Menawan.
"Kamu makan apa?"
"Sate," jawab Kirana. Tapi matanya masih belum lepas dari wajah Dimas, yang kini tersorot oleh bohlam kekuningan yang menggantung di atas atap tenda warung.
"Udah selesai makannya?"
"Udah,"
"Kamu kenapa? Sakit?"
"Nggak,"
"Yuk, kita masuk ke dalam. Kayanya seru deh."
Dimas berdiri, tapi baru beberapa langkah dia berbalik karena Kirana tidak bergerak sama sekali.
"Kira, kamu kenapa, sih? Kesambet?"
"Kayanya," jawab Kirana sambil berdiri. "Kesambet jin ifrit. Terus jinnya nempel di kamu. Bikin aku linglung karena liat kamu ganteng banget."
"Hah? Baru nyadar?"