"Kayanya nggak ada orang, tapi coba kita ketuk pintunya."
Kirana tidak benar-benar mendengar apa yang Dimas katakan. Dan saat Dimas mengetuk pintu kayu rumah itu juga, Kirana sudah tidak fokus. Cuaca Malang tidak panas, tapi keringat justru mengguyur tubuhnya.
Setelah beberapa kali Dimas mengetuk pintu, seorang pria muncul membukakan pintu. Kirana menahan napasnya, menunggu dengan harap-harap cemas.
"Selamat siang," ucap Dimas.
"Siang," jawab laki-laki itu. "Cari siapa?"
"Apa benar ini rumahnya pak Baskara Mahenra?" tanya Dimas sopan.
"Oh, bukan, Mas. Rumah ini sudah saya beli dari pak Baskara. Sudah lama," jawab laki-laki itu. "Sudah hampir enam tahun yang lalu."
Jelas laki-laki berkaca mata tersebut dengan ramah. Dimas dan Kirana saling tatap satu sama lain.
"Kalau boleh tahu, pak Baskara pindah ke mana?"
"Setahu saya, pak Baskara bersama keluarganya pindah ke Jakarta."
Dahi Kirana mengernyit. "Jakartanya di mana, Pak?"