Dimas baru saja menyelesaikan rapat bulanan kantornya. Pria itu melonggarkan dasinya berharap dia bisa mengambil napas segar, sambil duduk di atas kursi kerja di ruangannya. Laptop nya masih menyala, tapi kepalanya terserang pening sejak tadi pagi. Kejadian menghebohkan itu benar-benar merusak mood nya sepanjang hari ini. Salahnya sendiri, bagaimana bisa dia memanfaatkan Kirana demi memenuhi keinginannya. Caranya justru membuat dia seolah menjadi seorang pecundang. Dia memang sudah kehabisan akal, tapi seharusnya nggak gini juga.
"Mei, saya mau kopi." Dimas menekan intercom yang disambungkan ke meja Meida.
Sekretarisnya yang sedang membuat laporan di meja kerjanya, langsung bersungut-sungut ketika perintah itu dikatakan Dimas tanpa adanya kata pengantar. Tapi, dia lakulan juga. Ya, sebagai karyawan yang butuh uang, dia bisa apa.