Nyatanya tempat ini terasa begitu asing bagi Kirana. Sudah hampir dua minggu dia tidak menginjakan kakinya di rumah Dimas. Bukan tidak mau, tapi hubungannya dengan Dimas mulai terasa hambar. Kirana kembali menatap cincin emas putih yang melingkar di jari manisnya. Nampak begitu kokoh dan indah di matanya. Seketika dia mengusap air mata di sudut matanya. Cairan itu entah bagaimana caranya bisa tumpah tanpa di undang.
Sudah pukul sembilan malam, tapi belum ada tanda-tanda Dimas akan pulang. Kirana memeriksa ponselnya untuk yang kesekian kali, tapi tidak ada pemberitahuan apa-apa di sana. Bunyi dentingan sendok yang diputar di dalam gelas berisi teh hangat, menjadi backsound keheningan malam ini. Kirana kembali meninjau ulang tentang kemunculannya tadi sore di kantor Dimas. Dia tertawa kecil. Menertawakan dirinya yang menyadari bahwa dia masih terperangkap oleh Dimas.