"Malam amal diganti jadi jam berapa, Mei?"
Dimas membuka lembaran demi lembaran pada sebuah dokumen. Kemudian membubuhkan tanda tangannya di sana.
"Jam 8 malam Pak, di hotel sheraton."
Dimas membolak-balikan berkas berkasnya lagi, kemudian membubuhi tanda tangannya kembali, di dokumen terakhir.
"Bapak dateng, kan?" Meida sekretaris Dimas menerima dokumen yang selesai Dimas tanda tangani. Bertanya pada Dimas untuk memastikan bahwa atasannya itu tidak mangkir dari tugas.
"Dateng," Dimas mengangguk. "Kamu temenin saya, ya." Meida tampak berpikir sebelum dia menjawab. "Itu juga tugas kamu, Mei. Kalau kamu merasa kencan kamu bakal terganggu, nanti aku yang bilang sama Rino."
Meida memberenggut. Malam amal yang diadakan dua bulan sekali selalu membuat Meida hilang mood. Meida hanya selalu bosan berada dalam acara formal bersama dengan para orang-orang penting.
"Nggak usah, Pak," gerutu Meida. "Saya temenin Bapak."