Ruangan Kevin tiba-tiba mencekam saat Tristan dan Abel memasukinya. Kevin mengetukan jemarinya ke atas permukaan meja berlapis marmer beberapa kali. Menatap penuh tanya kepada dua orang yang duduk di depannya.
Abel sudah merasakan kursinya panas, tapi Tristan tak kunjung buka suara. Kaki kiri Abel menyenggol kaki Tristan, berharap pria itu berbicara maksud dan tujuannya bertandang ke ruangan Kevin.
"Berapa lama lagi saya harus memandangi kalian berdua?" Kevin bertanya tak sabaran.
Tristan menyondongkan badannya, menumpukan kedua lengannya di meja Kevin.
"Aku mau tahu, gimana caranya kamu manggil pak Aiden?" ucap Tristan setelah sekian lama membisu. "Bel?"
Abel yang merasa di panggil tersentak, menolehkan kepalanya ke arah Tristan. Lalu mengerutkan dahinya. Menatap Tristan penuh tanya.
"Apa kamu memanggilnya dengam sebutan Kevin? Atau.. Sayang?"
"Apa?" Abel memekik. Dia memandang Tristan aneh. Abel sama sekali tidak--