Kelihatannya lebih indah. Malam. Masih gedung-gedung tinggi, lampu-lampu toko, jalanan yang tidak terlalu lengang, orang-orang, deru kendaraan, suara klakson mobil, pohon-pohon tiap beberapa meter, lagu yang diputar di radio. Tidak ada bintang, bulan pun hanya sekadar mengintip. Namun, entah bagaimana, kali ini bagi Abel semuanya indah. Meski udaranya sedikit dingin. Meski tangannya sedikit gemetar. Meski perutnya terasa sedikit mulas.
Minggu terakhir di bulan November. Tentu saja seharusnya dia sudah melambung tinggi ke udara. Natal sebentar lagi. Dua tahun penuh dia tidak pernah melewatkan natal tanpa Tristan. Tapi justru lonceng-lonceng dan pohon cemara membuatnya merasa sesak. Seharusnya dia sudah melangsungkan pertunangannya minggu depan, sebelum natal.