Selatan Jakarta,
Agustus 2020
Abel seorang pluviopile. Dia memang suka melodi hujan. Tapi tidak dengan suara petir. Abel harap dia bisu. Petir itu sombong, mentang-mentang paling bercahaya bisa marah-marah sesukanya, tapi malam ini Abwl harus bernasib sama dengan petir. Ingin marah, meledak, tetapi dia tidak bisa sebebas petir.
Abel menghela napas panjang untuk kesekian kalinya. Pria disampingnya ini membuat Abel tidak bisa marah lagi. Entahlah, dia sudah bosan untuk mengungkapkan segala apa yang dia rasakan tapi pria itu sama sekali tidak ada perubahan.
Abel tahu dia seorang pekerja super sibuk. Tapi apa kesibukannya itu masih pantas dijadikan alasan untuk tidak bisa menemaninya mempersiapkan hari pertunangan mereka. Awalnya Abel memaklumi dan menerima tapi semakin hari kenapa Ab merasa dia hanya mencari-cari alasan.
Bukankah jika dia mengatakan 'Aku akan luangkan waktuku untukmu' itu lebih baik daripada 'Maaf hari ini aku sedang sibuk, jadi lain kali saja'.