"Maaf." Hanya itu yang bisa aku ucapkan padanya. Suaraku serak.
"Seharusnya aku yang minta maaf. Aku tidak ada di sisimu saat kau butuhkan." Abi mengusap lembut kepalaku.
Aku menarik napas dalam, memutar bola mataku ke atas, demi melonggarkan rasa sesak di dada.
"Jangan katakan apapun pada Rey. Aku tidak mau dia tahu kalau aku sakit."
"Rey sudah tahu lebih dulu. Maka dari itu, dia ingin bertemu Sera. Karena hal itu yang membuatmu bahagia. Dia ingin memberikan kado terindah di sisa-sisa harimu. Rey tahu, kalau kau tidak akan lama lagi bersamanya."
Bagai terhantam batu besar, aku merasakan nyeri di dadaku. Aku memejamkan mata sejenak.
"Aku ingin kita wujudkan mimpi kita. Untuk Rey, dan untuk Ruby."
"Ya," suara Abi nyaris tak terdengar. "Aku akan berusaha sekuat yang aku bisa untuk mewujudkan mimpi kita." Abi mengusap ujung mataku karena air mata. "Minggu depan, kita semua ke Paris. Bertemu Sera."