Aku masuk ke dalam kamar meninggalkan Abi dan Sophie di luar sana. Kemudian duduk di atas tempat tidur, dengan wajah melongo yang tolol. Astaga, jadi selama ini yang aku curigakan, tidak benar. Selang beberapa menit berikutnya, Abi masuk juga ke dalam kamar. Dan detik itu juga aku langsung memeluk pinggangnya, dan membenamkan kepalaku di dadanya.
Ya, tujuanku melarikan diri ke dalam kamar karena malu. Ya, aku malu karena tidak bisa berpikir jernih. Kalau saja pikirku tak melulu soal pengkhianatan, kesalahpahaman ini tidak mungkin terjadi.
"Kenapa tidak bilang saja sejak awal." Aku menjejakkan kaki ke lantai merasa kesal. Mencengkeram erat kaus oblongnya. "Sophie, di mana?"
"Sudah pulang." Katanya santai. Terdengar nya seperti itu. Aku tidak berani menatap wajahnya.
"Dia bilang apa?"
"Kau percaya padaku?" Abi menjauhkan tubuhku dengan mendorong pelan kedua pundakku.