"Hallo, Ness."
Perasaanku mulai tidak tenang dan berkecamuk.
Ya, An."
"Nes, di kantormu apa ada karyawan bernama Sophie?"
"Sophie? eemm ada juga Sopinah. Cleaning service di kantorku. Kalau Sophie sepertinya tidak ada."
"Bosnya Abi? Apa tidak ada yang namanya Sophie?"
Kudengar, Nessa tertawa di seberang sana. "Ya ampun An, atasan langsung pak Abi itu namanya pak Chiko. Dan beliau laki-laki. Tidak ada yang namanya Sophie."
Saat itu juga hidupku rasanya seperti di sambar petir. Hujan badai akan segera turun. Tapi, payungku terbawa angin, entah ke mana.
Aku sudah tidak peduli Nessa yang memanggil namaku di sebrang sana. Aku terduduk lemas tak berdaya. Sekarang rasa sakit itu, bukan hanya ada di kepalaku. Tapi juga di dalam hatiku. Anak panah Ketnis Everdeen sudah benar-benar menusuk tepat di jantungku.