Acara makan siangku buyar seketika. Abi merusak selera makanku semenjak dia membicarakan Ben yang tidak-tidak. Oh ayolah, dia mempermasalahkan kedekatan Ben dengan Rey. Bukankah mereka sudah sepakat kalau hal ini menjadi tanggung jawab bersama. Abi juga setuju.
"Tapi dia sudah terlalu jauh memasuki urusan pribadi kita."
"Untuk urusan Rey, bukan urusan pribadi kita kali. Ben juga punya andil, Bi."
Abi menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Wajahnya jengkel, lalu berdecak kesal. Dia membuang wajahnya ke samping. Lalu menyambar es teh manisnya.
"Kalau ada apa-apa, aku orang pertama yang harus kau hubungi."
"Apa? kau pikir aku menghubungi siapa? tukang service? tapi aku lebih memilih menghubungi tukang service dibanding menghubungimu. Akhir-akhir ini kau seperti pejabat. Sok, sibuk."
Aku memajukan wajahku padanya. Saat dia akan membuka suara tiba-tiba ponsel Abi berteriak nyaring. Aku bisa tahu siapa nama si penelepon itu karena ponselnya tergeletak di atas meja. Sophie!