Dua minggu berlalu dengan cepat. Setiap hari aku menunggu kedatangan Papa di depan pintu rumah. Saat aku melihat ke halaman, mobil Papa belum terparkir juga di sana. Aku sudah menunggunya terlalu lama, bahkan buku harianku saja sudah ada goresan tentang Papa yang belum kembali semenjak kami pulang dari Batavia. Aku merindukannya. Mengapa dia belum pulang juga? Apakah pekerjaan di Batavia cukup penting dan membuatnya sibuk sampai-sampai tak sempat untuk pulang? Jujur saja, aku merasa kesepian di sini tanpa Papa. Mama selalu mengomeliku di saat aku melakukan kesalahan kecil, bahkan saat aku mencoba untuk berbicara dengannya, Mama memilih pergi meninggalkanku sendirian. Ditambah Mama tak merespon ucapanku, atau hanya menjawab pertanyaanku dengan singkat. Jika Papa ada di sini, mungkin aku tidak akan kesepian dan bisa bermain serta menceritakan banyak hal dengannya.