Holland baru saja menginjak usia 9 tahun. Diederick dan Kathriena merayakan hari ulang tahun Holland dengan sederhana. Hanya keluarga dan orang-orang terdekat saja yang mereka undang untuk merayakan hari ulang tahun Holland. Tak ada pesta meriah yang diadakan, hanya ada sebuah kue ulang tahun sederhana yang dibuat oleh Kathriena. Holland mendapatkan banyak sekali hadiah ulang tahun dari teman-temannya. Namun dari banyaknya hadiah yang ia terima, hanya ada satu hadiah yang bisa membuatnya sangat bahagia yaitu kehamilan Kathriena. Kathriena tengah mengandung seorang bayi di dalam perutnya. Holland sangat bahagia mendengar kabar baik itu.
Namun hal tak terduga terjadi, tiga bulan setelah perayaan hari ulang tahun Holland, Kathriena kehilangan bayi yang diinginkannya itu. Kathriena terjatuh di taman belakang rumah dan ia mengalami pendarahan hebat. Dokter menyatakan bahwa ia harus merelakan anak keduanya. Ia keguguran di usia kandungan yang hampir menginjak 5 bulan. Kathriena dilanda trauma luar biasa, ia tak bisa diajak berbicara dengan orang lain. Setiap hari, hanya menangis yang bisa ia lakukan. Bahkan Diederick dan Holland tak mampu membuat Kathriena tersenyum sedikit pun. Keluarga dan kerabat terdekat, tak bisa menghentikan tangisan Kathriena. Wanita itu benar-benar terpukul atas kejadian yang menimpanya.
Holland yang tak tahu harus berbuat apa hanya bisa berdiam diri di kamar dan mencurahkan segala isi hatinya di sebuah buku catatan yang ia dapat dari Kathriena saat hari ulang tahunnya. Di usianya yang sudah menginjak 9 tahun ini, Holland sudah pandai menulis dan membaca. Walaupun coretan yang ia goreskan pada kertas belumlah sempurna, Holland tetap berusaha agar apa yang ia tulis dapat dibaca oleh orang lain.
15/06/1941
Ini adalah tulisan pertamaku di buku catatan ini. Hari ini adalah hari ulang tahunku. Mama membuatkanku sebuah kue yang sangat enak. Mama juga memberikan buku harian ini sebagai hadiah ulang tahun. Papa memberikanku sepatu kulit yang sangat aku sukai. Marysa memberikan seekor kelinci berwarna putih, aku sangat menyukainya. Semua orang memberikanku hadiah, banyak sekali. Aku sangat senang. Namun yang paling membuatku bahagia adalah sebentar lagi aku akan memiliki adik. Aku akan memiliki teman di rumahku. Senangnya.
13/07/1941
Pagi hari Tuan Albert dan Marysa datang ke rumah kami, Marysa akan menginap di rumah. Tuan Albert bilang Nyonya Evelien sedang sakit, aku dan Papa pergi melihat keadaannya. Nyonya terlihat kesakitan, aku hanya bisa berdoa agar Nyonya lekas sembuh.
30/07/1941
Aku terkejut saat Papa membangunkanku. Katanya hari ini aku harus memakai pakaian serba hitam. Ada apa?
30/07/1941
Aku baru saja pulang dari rumah Marysa. Marysa menangis sangat berisik, ia berteriak memanggil Mamanya yang tertidur di dalam kotak panjang. Aku tidak mengerti. Lalu aku, Papa dan Mama pergi ke sebuah taman yang sebelumnya tak pernah aku datangi. Aku tidak tahu tempat apa itu. Ada beberapa batu dengan nama-nama orang Netherlands di sana. Aku juga melihat kotak panjang yang di dalamnya terdapat Nyonya Evelien dimasukkan ke dalam tanah. Untuk apa Nyonya Evelien di sana? Aku tidak mengerti sama sekali. Aku bertanya kepada Mama dan Papaku dan kini aku sudah tahu jawabannya, Nyonya Evelien sudah meninggal dunia.
01/08/1941
Aku mengajak Marysa bermain, tetapi dia menolak.
27/08/1941
Hari ini adalah hari paling menyedihkan untukku. Aku telah kehilangan adik yang sangat aku tunggu.
30/08/1941
Mama baru saja pulang dari rumah sakit. Mama terlihat berbeda. Aku mencoba untuk menghibur Mama, lagipula aku juga sudah merindukannya. Tetapi Mama mengusirku. Mama bilang jika adik mati karena aku. Kenapa Mama menyalahkanku?
02/09/1941
Mama memarahiku saat aku mengajaknya bermain. Mama bilang, Mama tak ingin diganggu. Apa aku salah? Aku hanya ingin menghibur Mama.
09/09/1941
Sikap Mama terhadapku begitu berubah. Akhir-akhir ini Mama sangat jahat. Aku tak bisa mengajaknya berbicara, Mama hanya ingin berbicara dengan Papa.
12/09/1941
Mama terlihat bahagia bersama Marysa. Ia selalu tertawa jika bermain dengan sahabatku itu. Tetapi kenapa mamah tak mau bermain denganku?
***
Jam menunjukkan pukul delapan pagi, keluarga van Devries baru saja menyelesaikan sarapan mereka. Hari ini Diederick akan berkunjung ke rumah rekan kerjanya di Bandoeng. Ia akan meninggalkan keluarganya untuk beberapa hari. Kathriena yang tengah hamil anak kedua sempat melarang Diederick untuk pergi. Namun ia tak bisa membatalkan perjanjiannya begitu saja.
"Tenang saja, Ma. Aku akan menjaga Mama dan adik. Biarkan saja Papa bekerja," tutur Holland.
"Dengarlah anak pertama kita, Kathrien. Dia akan menjagamu dan calon anak keduaku. Kalian akan baik-baik saja," ucap Diederick yang menyetujui ucapan Holland.
"Aku juga yakin Holland akan bisa menjaga kami, namun aku tidak bisa jika kau jauh dariku, apalagi untuk beberapa hari kedepan," keluh Kathriena.
"Memangnya tidak bisakah kau memerintah bawahanmu saja? Aku sedang mengandung, aku tidak ingin ditinggalkan olehmu, Erick!" lanjutnya sedikit manja.
Diederick dan Holland saling memandang lalu mereka menggelengkan kepala sembari menepuk jidat.
"Kenapa kau sangat manja sekali, Kathrien? Saat kau mengandung Holland, sepertinya kau tak seperti ini."
"Apa benar seperti itu, Ma?" tanya Holland penasaran.
"Aku tidak tahu!" jawab Kathriena. Ia mulai memajukan bibirnya tanda ia akan marah.
"Baiklah, baiklah! Papa akan mengirimkan surat ke teman Papa untuk menunda pekerjaan Papa di Bandoeng, Papa tak ingin Mamamu marah," ujar Diederick kepada Holland. Anak itu tertawa geli sembari menganggukkan kepala. Kathriena yang mendengar hal itu langsung tersenyum senang.
Ketika keluarga van Devries tengah menghabiskan waktu di ruang makan, tiba-tiba seorang jongos datang menghampiri mereka dan memberi tahu bahwa di teras rumah sedang ada seorang lelaki dan anaknya yang tengah menunggu. Diederick beserta istri dan anaknya segera pergi menemui kedua orang itu.
"Albert!" seru Diederick kepada seorang lelaki yang tengah menunggunya. Ia adalah Albert Schyler, ayah dari Marysa. Sementar itu disebelahnya berdiri Marysa yang tengah bersedih.
"Marysa. Apa kabarmu hari ini?" tanya Holland kepada sahabatnya itu. Marysa hanya diam sembari menunduk. Kathriena yang menyadari ekspresi sedih Marysa langsung menghampiri dan berlutut di depannya, lalu ia bertanya, "Ada apa, Sayang?"
"Sudah beberapa hari ini Evelien masuk rumah sakit, ia didiagnosa memiliki penyakit paru-paru. Aku dan Marysa sudah seminggu menemaninya di sana. Marysa terus menangis melihat keadaan Mamanya. Aku pun tak tega membiarkannya terlalu lama di sana. Jadi aku ingin menitipkan Marysa di sini, bersama kalian. Mungkin anak ini akan sedikit senang," jelas Albert dengan wajah serius. Keluarga van Devries terkejut dengan penjelasan lelaki itu.
"Apa kau serius, Albert? Lalu bagaimana sekarang kondisi Evelien?" tanya Diederick yang mulai cemas.
"Untuk apa aku bercanda. Dengan bantuan peralatan rumah sakit, mungkin saja Evelien akan baik-baik saja."
"Aku ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan, maka dari itu aku ingin menitipkan Marysa," lanjutnya.
"Tentu saja, kami akan menerima Marysa dengan senang hati," ujar Kathriena sembari memeluk Marysa yang mulai menangis setelah mendengar sang ayah berbicara.
"Sudahlah, Mary! Kau tak usah menangis, mari kita makan kue. Kebetulan ada banyak kue di meja makan. Ayo masuk!" ajak Kathriena sembari memegang pundak Marysa. Anak itu menurutinya, ia berjalan perlahan ke ruang makan.
"Bolehkan aku melihat keadaan Evelien?" tanya Diederick kepada Albert.
"Tentu saja, aku akan mengantarkanmu."
"Papa! Bolehkah aku ikut denganmu?" pinta Holland. Albert mengizinkan anak dan ayah itu untuk menjenguk Evelien yang tengah dirawat. Mereka bertiga pergi menggunakan mobil milik keluarga van Devries yang jarang digunakan. Mobil dengan merk Morris ini memang hanya digunakan untuk hal-hal penting saja. Diederick sering menggunakannya untuk bepergian jauh seperti ke Batavia, Bandoeng atau Soebang. Mobil ini diberikan oleh keluarga besar van Devries saat ia menikahi Kathriena, sebagai hadiah pernikahan.
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.