Chereads / Story of Holland / Chapter 4 - Pertemuan yang Membawa Petaka

Chapter 4 - Pertemuan yang Membawa Petaka

Satu minggu setelah kejadian itu, Sophie terlihat tak berubah. Ia masih murung dan tak bergairah untuk makan. Wajahnya yang cantik tak secantik dulu, ia begitu terlihat kusam dan menjijikkan. Bahkan para jongos yang bekerja di rumah keluarga Veerle pun merasa jijik dengan penampilan Sophie. Berkali-kali Liesbeth dan Sebastiaan membentak putri mereka, namun tetap saja, Sophie masih dengan pendiriannya. Ia tak akan merubah perilaku dan penampilannya jika ia tidak bertemu dengan Jaka, sang kekasih.

Hanya Aryanti lah yang mau membantu Sophie untuk menyuapinya makan. Liesbeth sudah enggan untuk menemui anak perempuannya yang terlihat menjijikkan itu. Aryanti adalah seorang wanita yang bekerja sebagai bedinde di rumah keluarga Veerle. Sudah bertahun-tahun lamanya ia bekerja di sana. Sedari ia kecil, ibunya, Maryanti, selalu mengajak Aryanti untuk ikut dengannya bekerja di rumah keluarga Veerle. Hingga umurnya yang sudah menginjak 20 tahun itu, ia masih setia bekerja di rumah itu.

Umur Aryanti dan Sophie hanya berbeda satu tahun. Sedari kecil pula, Sophie bermain dengan Aryanti. Hanya Aryanti lah yang menjadi teman bermain Sophie. Namun Liesbeth selalu menjauhkan mereka. Liesbeth memang tak menyukai inlander, ia tak rela jika anaknya berdekatan dengan Aryanti. Hingga semenjak saat itu, Sophie dan Aryanti tak pernah bermain bersama lagi. Mereka hanya saling tersenyum saat bertemu. Hingga akhirnya, Liesbeth terpaksa menyuruh Aryanti untuk mengurus Sophie yang terus mengurung diri di kamar. Mereka berdua kembali berteman dan saling berbagi kisah. Ia juga menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Jaka kepada Aryanti. Tentu saja Aryanti mengerti akan perasaan sahabat kecilnya itu, namun ia tak dapat melakukan apa-apa. Gadis itu tak dapat membantu Aryanti untuk bertemu dengan Jaka.

Tanpa Sophie ketahui, Jaka sudah bekerja di rumah keluarga Veerle. Ia menjadi seorang jongos yang bernama Widjaja. Ia sengaja menggunakan nama belakangnya agar pasangan Veerle tak mengetahui kehadirannya. Sophie yang terus menerus mengurung diri di kamar pun tak tahu sama sekali dengan kehadiran Jaka di rumah. Bagaimana tidak? Jangankan keluar dari dalam kamar, untuk membersihkan dirinya saja Sophie sudah tak mau melakukan itu.

Ketika pasangan Veerle tengah meninggalkan rumah untuk pergi ke pesta teman mereka, inilah kesempatan Jaka untuk menemui kekasihnya itu. Sudah lama Jaka memendam rasa rindunya. Dengan membawa segelas susu, Jaka memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Sophie. Awalnya Sophie tak menanggapi ketukan pintu kamarnya.

"Nona Sophie, saya ingin mengantarkan susu untuk Nona," ucap Jaka. Sophie yang mendengar suara Jaka langsung membukakan pintu untuk Jaka.

Betapa terkejutnya Sophie saat melihat Jaka tengah berdiri di hadapannya dengan nampan yang berisikan segelas susu. Sophie langsung menarik tangan Jaka dan membawanya masuk ke kamar. Ia mengunci kamarnya, lalu mengambil nampan yang dipegang Jaka. Sophie menaruh nampan itu di meja dan segera memeluk Jaka dengan penuh kerinduan. Tak terasa air matanya mengalir, ia menangis bahagia karena telah bertemu dengan kekasihnya.

"Kau ke mana saja, Jaka? Kenapa kau tak menemuiku?" tanya Sophie sembari melepaskan pelukan.

"Aku terlalu takut untuk menunjukkan wajahku di hadapan orang tuamu, Sophie. Saat itu, aku hendak menemuimu, namun Ibumu malah mengira jika aku adalah jongos baru yang akan bekerja di rumah ini. Kesempatan inilah yang aku gunakan agar bisa bertemu denganmu setiap hari," jawab Jaka menjelaskan. Sophie tersenyum manis lalu kembali memeluk Jaka.

"Terima kasih sudah melakukan apapun untukku," balasnya. Jaka hanya diam sembari terus memeluk kekasihnya itu. Rasa rindu Jaka sudah terobati, namun Sophie masih merasakan rindu yang teramat dalam. Ia tak mau melepaskan pelukannya, ia terus memeluk Jaka seakan Jaka akan berpisah dengannya lagi.

"Sophie, lepaskan pelukanmu! Aku tak ingin ada yang melihat ini. Ayolah! Sebentar lagi orang tuamu kembali," ujar Jaka sembari berusaha melepaskan pelukan kuat Sophie. Sophie menggelengkan kepalanya.

"Aku tak mau melepaskanmu. Kau harus menikahiku sekarang juga!"

"Kan niet zijn, Sophie. Orang tuamu pasti akan membunuhku dan lagipula aku yakin, mereka tak akan menyetujui hubungan kita."

"Baiklah. Aku yang akan membuat mereka menyetujui hubungan kita!" ucap Sophie sembari mendorong tubuh Jaka dengan kasar. Lalu ia mengambil sebotol minuman yang ia simpan di dalam laci meja sebelah kasurnya.

Sophie meminum air yang ada di dalam botol itu lalu memaksa Jaka untuk meminumnya juga. Mau tidak mau, Jaka menuruti apa yang diperintahkan Sophie. Ia meminum air tersebut hingga habis. Setelah habis, Sophie merebut benda tersebut dari tangan Jaka lalu melemparnya ke lantai hingga berserakan. Tentu saja Jaka langsung terkejut dan berusaha untuk membereskan serpihan kaca itu. Namun Sophie menahan Jaka. Ia kembali mendorong tubuh Jaka, lalu menindih tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan, Sophie?"

"Aku hanya ingin kau menjadi milikku, aku ingin kita segera menikah. Hanya dengan cara seperti ini kita bisa menikah, Jaka!" bisik Sophie dengan tatapan sendu.

Minuman yang mereka minum bukanlah minuman biasa, melainkan minuman keras yang sengaja diambil oleh Sophie di gudang. Minuman keras itu adalah milik ayahnya, Sebastiaan, yang sengaja disembunyikan. Sampai saat ini, Sebastiaan tidak tahu jika anaknya sering meminum minuman keras miliknya.

Karena stres dengan perilaku orang tuanya, Sophie memutuskan untuk melampiaskan kekesalan dengan meminum minuman yang membuat mabuk itu. Kesadarannya perlahan memudar dan minuman itu membuat dirinya ingin melakukan hal yang tak pernah dilakukan. Minuman keras itulah yang membuat Sophie dan Jaka sama-sama kehilangan kesadaran mereka.

Wanita Netherlands ini sudah kalap mata. Ia tidak tahu risiko apa yang akan didapatnya nanti setelah melakukan hal itu. Walaupun dia sadar bahwa kesalahannya tak akan dimaafkan, tapi Sophie tetap melakukannya demi menjadikan Jaka seorang suami. Ia berpikir hanya inilah jalan satu-satunya agar Sebastiaan dan Liesbeth merestui hubungannya dengan Inlander itu. Begitupun dengan Jaka, dia tak bisa memberontak akibat pengaruh minuman keras. Jaka sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi, walaupun dia sempat membisikkan Sophie untuk menghentikan hal itu, tapi dia pun tak bisa menolak.

Mereka sudah melakukan kesalahan besar yang pastinya tak akan dimaafkan oleh siapapun, termasuk keluarga Veerle. Apa yang dilakukan Jaka dan Sophie akan menjadi bumerang untuk mereka di masa depan, tepatnya setelah kejadian ini. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi, mereka hanya bisa menerimanya tanpa bisa menolak ataupun menentang. Kesalahan ini harus mereka tanggung bersama.

Entah bagaimana perasaan Sebastiaan dan Liesbeth saat mengetahui sang anak memaksa seorang Inlander untuk melakukan hal itu. Mungkin saja mereka akan sangat kecewa dengan sang putri karena sudah memutuskan hal yang tak mereka inginkan, apalagi bersama seorang Inlander. Sungguh keputusan yang sangat fatal, Sophie tak memikirkan bagaimana perasaan kedua orang tuanya. Hanya karena cinta kepada seorang inlander, ia rela kehilangan segala yang ia punya.

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.