Jongosku menghentikan mobil di sebuah kedai kopi. Aku pun mengajaknya untuk minum bersama, namun ia menolak dan merasa tidak enak hati denganku. Aku memaksanya dan kami pun segera masuk ke dalam kedai. Cukup banyak orang yang berkunjung hanya untuk menikmati kopi. Aku memesan dua gelas kopi untukku dan jongosku yang ku pinta duduk di hadapanku. Aku pun menanyakan banyak hal tentang keluarganya. Ia bercerita sembari menundukkan kepala. Katanya saat ini anak ia sedang sakit parah, namun ia belum memiliki uang lebih untuk mengobati anaknya itu. Sementara saat ini istrinya hanya seorang pemetik daun teh di perkebunan yang tak jauh dari rumahnya. Upah yang istrinya dapatkan hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan senang hati, aku memberikannya sedikit gulden untuk mengobati anaknya yang sakit dan aku berkata, "Bawalah anakmu ke rumah sakit. Ia masih sangat kecil dan harus terus hidup sehat agar bisa membuat kau dan istrimu bahagia suatu saat nanti."