"Apa maksud, Mama? Apakah Papa tak akan ikut ke Netherlands?" tanyaku penasaran.
Papa menatapku lalu menjawab, "Papa akan menyusul kalian setelah pekerjaan Papa di Hindia Belanda selesai. Papa janji!" Papa menunjukkan jari kelingkingnya. Aku tersenyum lalu hendak menautkan jari kelingkingku, namun aku mengurungkan niat saat Mama memarahi Papa.
"Kau tak usah berjanji kepada Holland. Untuk apa kau berjanji jika nanti tak kau tepati!"
"Jika kau ingin marah kepadaku, tolonglah jangan di hadapan anak kita. Aku tak ingin …."
"CUKUP!" Aku sempat terperanjat saat Mama memukul meja dengan keras. Jantungku langsung berdegup dengan cepat. Mama benar-benar marah kali ini. Wajahnya memerah dengan mata yang membelalak. Aku takut sekali melihat Mama seperti itu.