Tak lama, ku lihat Ningsih berusaha berdiri, sepertinya ia pegal karena terlalu lama berjongkok di depan rumah kelinci. Aku pun membantu Ningsih agar terbangun, tetapi mataku teralihkan kepada perutnya yang cukup membesar. Astaga! Perutnya sama seperti perut Mama beberapa bulan lalu. Apakah ia sedang mengandung?
"Apakah kau sedang mengandung, Ningsih?" tanyaku sembari membantunya duduk di sebuah kursi.
"Iya, Tuan. Ini adalah anak Tuan Sebastiaan. Saya sudah mengandung empat bulan. Sebelumnya saya tidak pernah berdekatan dengan anak lelaki manapun, saya yakin sekali jika bayi yang saya kandung saat ini adalah anak Tuan Sebastiaan."
"Apakah Tuan Sebastiaan tahu jika kau tengah mengandung anaknya?"
"Saya sudah beberapa kali meyakinkannya jika bayi di dalam perut saya ini adalah anaknya, tetapi Tuan Sebastiaan seperti tak percaya kepada saya. Saya bingung, saya tak tahu harus seperti apa untuk membuktikannya."