Chereads / The Young lady's Conquerer / Chapter 5 - First meet

Chapter 5 - First meet

"Nona Velvet, Tuan meminta saya untuk mengantarkan anda ke kantor hari ini—" Seorang lelaki dengan kumis ubanan, tergopoh-gopoh ikuti langkah cepat wanita di depannya.

"Katakan pada papaku, aku bisa menyetir sendiri. Dan aku juga punya driving license, jadi aku tidak butuh siapapun untuk menyupiriku!"

"T—tapi, Tu—tuan meminta saya—"

Velvet memutar bola matanya malas, ia kemudian menyeluk sesuatu dari dalam tas yang ia tenteng. Sebuah dompet, dari dalam sana ia mengambil beberapa lembar dolar.

"Ini, pakai uang ini untuk mentraktir Elena, asisten rumah tangga tetangga sebelah yang selalu kau intip itu," ujar Velvet sembari mengedipkan sebelah matanya.

"B—bagaimana Nona tahu?" Si supir yang bernama Jacob itu kontan membelalakkan mata kaget. Seketika ia gagu dan bingung harus merespon apa.

"Kalau kau tetap memaksaku, maka akan ku katakan kepada bibi Ayse bahwa kau mengintip perempuan muda bernama Elena," ancamnya.

"J—jangan, Nona ... ku mohon jangan, Ayse akan menyembelihku jika ia sampai tahu hal itu." Suara Jacob terdengar penuh permohonan.

"Tentu saja aku tidak akan bilang kepada bibi Ayse, asal kau berikan kunci mobil itu padaku ... " kata Velvet sembari melirik kunci yang digenggam Jacob.

Pria itu pun lagi-lagi kalah, dan hanya bisa pasrah menyerahkan kunci mobil yang tak seharusnya ia berikan kepada sang nona muda. Putri tunggal dari sang raja Bisnis Halviosa.

***

Velvet yang terburu-buru karena ia harus bertemu dengan klien baru akhirnya memilih untuk lewat jalan pintas yang sebenarnya bisa dibilang kurang aman. Tingkat kejahatan di distrik tersebut terbilang cukup tinggi. Namun, ia tak peduli, yang jadi fokusnya kali ini hanya agar ia cepat sampai di kantornya. Dan mengabaikan hal lainnya.

Ini adalah kali pertama ia melewati tempat ini. Tak seperti yang ia bayangkan, ternyata tempat ini tak semengerikan yang dikabarkan orang-orang. Tempat ini hanyalah berupa perumahan tua yang dihuni para jompo. Apa mungkin para orang tua yang berjalan saja memerlukan tongkat itu akan melakukan tindak kejahatan.

Duagh!!

Sebuah batu berukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa tiba-tiba saja mendarat di kap mobil Velvet. Kontan, ia menjerit sekeras-kerasnya tatkala sadari jika batu itu hampir saja mengenai kaca mobilnya tapi untung saja meleset.

Jalanan saat itu lengang, Velvet tak mengira jika akan terjadi hal semacam itu. Dia pun berusaha menambah kecepatan di sela rasa takut yang menyergapnya. Ini pagi yang cerah, tapi bisa-bisanya orang iseng melakukan hal ini kepadanya.

Mobilnya baru bergerak beberapa meter dari tempat semula, tiba-tiba saja ia merasakan kalau ban mobilnya ada yang kempes.

"Ya Tuhan, apalagi ini!" rutuk Velvet. Ia pun menurunkan kaca mobilnya, sembari memastikan bahwa tak ada orang jahat yang mungkin akan mencelakai dirinya jika ia keluar dari mobil sekarang.

Usai memastikan semua aman, Velvet pun keluar dari dalam mobilnya. Ia ingin mengecek keadaan ban belakangnya.

"Shit!" umpatnya saat melihat bahwa angin di dalam ban belakang mobilnya, benar-benar habis. Kempes tak bersisa.

"Angkat tangan!" teriak seseorang dengan suara serak dan gemetar. Velvet sontak mengangkat kedua tangannya, ia ketakutan setengah mati karena rasakan sebuah benda yang mirip senjata api, kini menyentuh kulit punggungnya.

"Jangan bergerak!" teriak lelaki itu.

"Siapa namamu?" Belum sempat Velvet menjawab, lelaki tua itu terbatuk-batuk tak keruan.

"Siapa namamu? Jawab!" ulangnya dengan nada tinggi.

"N—namaku Velvet, Hmmm ...Velvet Halviosa, apa kau kenal siapa aku?"

Lelaki tua itu tak segera menyahut, dia terdiam sejenak dengan tanpa mengubah posisi senjata yang tadi ia todongkan ke arah punggung Velvet.

"Apa kau adalah orang suruhan dari perusahaan asing itu? Kau mau mengambil tanah kami?!" pekik lelaki itu kasar.

Velvet mengernyitkan dahi, "a—aku tak tahu apa maksudmu—"

"Kau jangan berpura-pura, Nona Velvet!"

"Kau pasti orang suruhan Destroyersa kan? Perusahaan jahat yang memaksa kami untuk menjual tanah ini kepada mereka kan?"

"Hey, aku bahkan tidak mengenal perusahaan itu. Aku tidak bekerja disana. Aku memiliki perusahaan sendiri, dan usahaku bergerak di bidang fashion. Sama sekali tak ada hubungannya dengan perusahaan yang kau sebutkan itu, Tuan," jelas Velvet yang kemudian membuat lelaki di belakangnya terdiam sejenak.

"Hey, gadis cantik ini tidak mau mengaku kalau dia adalah orang suruhan Destroyersa!" teriak kakek tua yang sebelah kakinya telah diamputasi tersebut.

"Apa yang harus kita lakukan kepadanya?" teriaknya lagi.

"Kita tangkap dan sekap saja dia!" teriak orang-orang yang masih bersembunyi itu. Velvet tak melihat satupun dari mereka. Selain kakek yang berdiri di belakangnya.

"Jangan! Aku bukan orang suruhan Destroyersa!" pekik Velvet ketakutan.

Tak mau kehilangan kesempatan, saat itu juga Velvet berteriak keras meminta tolong.

"Tolong, tolong aku! Ada kakek gila yang mau menangkap dan menyekapku!"

"Cepat ikat dia!" teriak seorang nenek yang kenakan piyama dan sandal rabbit, ia keluar dari semak-semak dengan tergopoh-gopoh.

Velvet sampai heran melihat penampilan sang nenek.

"Emmy!" teriak seorang laki-laki muda yang tiba-tiba saja datang dan berlari ke arahnya.

"Apa yang kalian lakukan? Berhentilah bermain tentara-tentaraan!" pekik lelaki muda beriris mata biru itu.

"Maafkan, Emmy dan Ed, mereka demensia. Apa kau baik-baik saja?" tanya Maxime.

"Oh jadi mereka nenek dan kakekmu?!" sergah Velvet.

Maxime mundur beberapa langkah, ia bingung dengan apa yang terjadi. Niatnya hanya ingin menolong Velvet tapi kenapa justru ia yang kena semprot.