Tuhan, aku benci musim panas.
Roni mendorong kantong es ke matanya yang berdenyut-denyut dan gagal mencoba untuk menghilangkan suara dapur pagi yang menyinggung. Goresan pensil kakak laki-laki tertuanya di atas meja mungkin juga merupakan klakson udara yang ditekan langsung ke tengah dahinya dan terlalu efisien untuk jam sembilan pagi.
"Apakah kamu keberatan?" Roni bergumam. "Aku dalam mode pemulihan."
"Kapan kamu tidak?" Andry bahkan tidak repot-repot untuk melihat ke atas dari dua clipboard di mana dia tampaknya bertekad untuk membuat notasi tanpa akhir. "Ini adalah akhir pekan Memorial Day dan aku memiliki dua jadwal untuk diatur. Maaf aku tidak bisa menampung mabukmu." Pensilnya terbang dari satu set kisi ke kisi lainnya. "Dari mana mata hitam itu berasal?"
"Ya, kupikir kau hanya memberikan itu," kata saudara laki-laki Roni yang lain, Jamie, dari balik bukunya yang terbuka dan terangkat. "Siapa yang menjatuhkanmu?"
