Chereads / Alina: Transmigrasi Putri Mahkota / Chapter 2 - Berpindah Dunia

Chapter 2 - Berpindah Dunia

Liliana Dolores, seorang putri mahkota kerajaan Crsytal. Liliana bukan seperti Putri Mahkota kerajaan lain, yang selalu merawat kecantikan dan belajar berbudi pekerti, melakukan jamuan minum teh dan lainnya.

Namun, dia seorang Putri Mahkota dengan sikap yang dingin dan tegas. Selalu mengikuti perang yang terjadi diperbatasan wilayah kerajaan Crsytal, kekejamannya dalam berperang membuat siapa saja takut akan kharisma yang dia punya.

Orang-orang selalu menyebutnya dengan Dewi Perang, parasnya yang cantik namun mematikan sangat cocok dengan julukan itu.

.....

Sore ini setelah semua urusan Peperangan selesai, Liliana kembali ke istana atas perintah ayahnya, yang menginginkan dia untuk hadir dalam sebuah rapat penting.

Dengan beberapa pengawal dia kembali ke istana, dia juga sudah merindukan kakaknya, Louise Dolores. Sang putra mahkota yang selalu bersikap lembut namun tegas.

Kaisar sendiri tak mempunyai seorang selir pun, dia sangat mencintai istrinya. Menurutnya, mempunyai selir akan sangat merepotkan dan akan selalu terjadi keributan di dalam haremnya.

Permaisuri Annabelle sendiri sudah lama meninggal, setelah melahirkan Liliana. Permaisuri mengalami pendarahan, membuat nyawanya tak tertolong.

Wajah Liliana sangat mirip dengan sang ibu, Annabelle. Ingin mengambil ibu sambung untuk anak-anaknya, namun Kaisar tak diijinkan oleh nenek mereka, Ibu Suri.

Ibu suri sendiri yang merawat Liliana sejak saat itu, karena hati Kaisar sedang bersedih. Namun tak berselang lama keceriaan kembali didalam istana setelah beberapa bulan, Louise dan adiknya yang membawa kebahagiaan didalam istana, dengan sikap ceria mereka berdua.

Hingga saat Liliana berusia 7 Tahun, terjadi penyerang yang ditujukan untuk membunuh keluarga kerajaan lalu mengambil alih kepemimpinan, namun diluar dugaan ternyata penyerangan itu gagal.

Kerajaan mereka juga memulai peperangan dengan kerajaan-kerajaan kecil yang ingin meruntuhkan kejayaan mereka. Akibatnya, para rakyat lah yang menerima efek dari peperangan berkepanjangan itu.

Liliana yang masih kecil melihat semua hal buruk terjadi di kerajaannya, beruntunglah dia karena merupakan Putri Mahkota. Namun hal inilah yang mendorong nya untuk menjadi kuat.

Gadis kecil yang cantik itu mulai melatih kemampuan memanah, berpedang dan juga sihirnya.

Saat Liliana berusia 10 tahun, Ibu Suri meninggal akibat diracuni salah satu Pelayan yang bekerja sebagai mata-mata dari pihak musuh.

Dari sana lah Liliana menjadi gadis yang sangat dingin, siapapun tak akan tahan dengan sikap dinginnya. Hanya Ayah dan kakaknya juga akan segan padanya.

....

Liliana tiba di istana setelah hari menjelang sore, dia dan beberapa pengawal langsung menghadap Kaisar.

Liliana menggeser kakinya lalu berlutut dengan sikap seorang Ksatria memberi hormat, "Hormat hamba pada Baginda Kaisar."

Kaisar tersenyum lembut pada putrinya, "Bangunlah para Ksatria ku," jeda Kaisar sebentar.

"Dan selama atas kemenangan kalian dimedan perang,"

Liliana berjalan kearah kursi yang merupakan miliknya sebagai seorang Putri Mahkota. Duduk dengan tenang disana, tanpa memperhatikan siapa saja orang yang berada di dalam Ruang Tahta.

Setelah Liliana duduk ditempatnya, ya itu berada disamping Putra Mahkota Louise, dia mendapatkan sapaan dari sang kakak.

"Hai."

Liliana menoleh, "Bagaimana kabarmu, Kak?"

"Aku baik, sangat baik.

Lalu, bagaimana denganmu?" balas Louise.

"Kakak bisa melihat sendiri, aku baik-baik saja," balas Liliana.

Keheningan melanda semuanya, tanpa disadari ternyata semua orang sedang menatap kearah Liliana. Membuat gadis muda itu juga mengalihkan pandangannya pada beberapa orang asing yang terlihat asing baginya.

"Baginda, apakah terjadi sesuatu sehingga anda memanggil saya kembali dari dari perbatasan?"

"Putriku, Liliana. Dia adalah utusan Raja Ethan, dari kerajaan Berlind di Benua Timur." Ucap Kaisar Arthur.

Liliana mengangguk kepalanya paham, "Salam Tuan, maafkan saya karena tak mengenali anda tadi."

"Tak apa, Yang Mulia, saya tak tersinggung. Itu bukan salah anda," balas Pria itu.

Ia berdiri dari duduknya, mengambil beberapa langkah lalu membungkuk sambil memperkenalkan namanya.

"Perkenalkan, saya Baron Astha Lounge. Saya adalah utusan dari kerajaan Berlind, sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Yang Mulia."

Tentu saja, siapapun mengenal gadis ini.

Dia adalah pahlawan dunia ini, yang menjadi kebanggaan kerajaan dan seluruh rakyat. Pedoman hidup bagi semua orang.

"Sebuah kehormatan bisa mengenal anda juga, Baron Astha." balas Liliana.

"Lalu apa yang ingin Baginda bicarakan denganku sampai menyuruhku untuk kembali ke istana?" sambung Liliana pada Kaisar Arthur.

"Ayah ingin kamu melakukan perjalanan bisnis ke Benua Timur, tepatnya kerajaan Berlind. Ayah yakin kamu pasti mengerti maksud ayah." balas Kaisar Arthur.

"Kerja sama apa yang terjalin, hingga aku harus pergi ke benua timur?" Liliana akan pergi jika Kaisar mempunyai alasan tersendiri.

"Kerajaan Berlind baru saja mengajukan kontrak kerja sama batu bara dan berlian. Ayah ingin kamu pergi dan membuat kerja sama agar terjalin."

"Baiklah. Saya akan pergi," balas Liliana, karena ini adalah perintah dari ayahnya sekaligus Kaisar kerajaan ini.

Liliana langsung pamit kembali ke kamar nya untuk beristirahat, karena baru saja melakukan perjalanan pulang dari perbatasan barat kerajaan Crsytal.

Dibelakangnya ada Louise yang sedang membuntuti adiknya, membiarkan para orang dewasa itu untuk membicarakan kerja sama yang terjalin.

"Apakah terjadi sesuatu?"

"Tidak ada apa-apa, Kakak. Aku hanya merasa kelelahan saja." balas Liliana.

"Jika begitu, serahkan Medan perang pada Jendral Hans, saja. Dia pasti bisa mengatasinya, dan kau tidak perlu lagi bermandi darah ditempat itu," balas Louise.

"Tidak, Kakak. Dia adalah pria yang ceroboh, aku takut dia melakukan kesalahan."

"Terserah padamu, Lili. Kakak hanya tidak ingin melihatmu seperti ini terus.

Hans juga adalah sahabatmu, bagaimana kau tak percaya padanya?"

Liliana tak menjawab pertanyaan Louise, dia malah mempercepat langkahnya dengan alasan sangat kelelahan dan membutuhkan istirahat saat ini juga.

Setelah itu mereka berpisah, Liliana masuk kedalam kamarnya, dan Louise kembali ke kamarnya setelah menghantar adiknya kembali.

Tiga hari telah berlalu, selama itu pula Liliana merasakan perasaan yang aneh dalam hatinya, sangat gelisah. Entah apa yang akan terjadi, tapi dia merasa seperti akan pergi dengan sangat jauh, dan tak kembali lagi. Selama itu pula Lilianai selalu mengenakan kalung ya g diberikan oleh neneknya, Ibu Suri.

Ibu suri mengatakan jika itu adalah kalung yang bisa menyimpan apapun yang Liliana inginkan karena merupakan senjata sihir. Liliana selalau menyimpan barang bawaannya, entah itu makanan, uang, perhiasan, ataupun senjata didalam sana.

....

Mereka sudah sampai di dermaga, disana ada kapal yang sangat besar. Mengangkut banyak muatan besar,

Di dunia ini tidak mengherankan ada banyak hal aneh, seperti kemampuan yang tertanam dalam diri orang itu sejak lahir, sihir dan kemampuan yang dimiliki oleh Liliana adalah membaca pikiran, dan juga perebut.

Maksud dari perebut adalah, dia bisa mengambil kemampuan orang lain. Liliana juga memahami apa yang dikatakan oleh para hewan, sehingga dia dijuluki Jenius Kerajaan.

"Baginda. Saya ragu dengan cuaca hari ini." ujar Liliana pada Kaisar.

"Memangnya ada apa, Lili? cuaca hari ini sangat bagus." balas Louise yang berada disamping Kaisar. Mereka menghantar Baron Astha dan Liliana serta rombongan ke dermaga dan melihat kepergian mereka.

"Aku juga tak tahu, Kakak. Tapi aku merasa akan terjadi sesuatu." balas Liliana

"Lili. Tidak akan terjadi apapun padamu, cuaca hari ini sangat bagus." balas Kaisar dengan lembut.

"Yang mulia, kapal telah siap." ujar sang kapten.

"Baiklah, kami akan naik." balas Baron Astha dengan sopan. Dia memang dikenal sebagai Bangsawan yang hangat bahkan semua masyarakat sangat menghargai nya.

"Yang Mulia, kapal telah siap berangkat." ucap Baron Astha

"Silahkan tuan Baron naik duluan, saya masih akan berpamitan pada ayah dan kakak saya." balas Liliana sopan.

"Baiklah, jika itu Yang Mulia inginkan." ujar Baron Astha lalu menaiki kapal.

Liliana menatap kedua pria dihadapannya, "Ayah, Kakak. Aku pergi dulu, jaga kesehatan kalian." Ucap Liliana lalu memeluk kedua pria itu.

"Hati-hati, Lili. kami akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan keselamatan mu." balas Louise

Liliana melepas pelukannya, dia tersenyum dan mengecup pipi kedua pria dihadapannya. Entahlah, dia hanya ingin melakukannya.

Kaisar Arthur dan Louise juga membalas kecupan Liliana secara bergantian dikeningnya.

Lalu Liliana mulai melangkah menjauh dari tempat mereka berdiri, saat akan menaiki kapal. Liliana kembali membalikan badannya dan menghadap kedua pria itu, sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

Kaki Liliana baru saja menginjak papan yang menjadi penghubung antara dermaga dengan kapal, namun tiba-tiba angin kencang menerpa tubuhnya dengan sangat keras. Membuat pakaian Liliana ikut berterbangan.

Cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba mendung, angin bertiup dari arah yang berlawanan, membuat kapal juga ikut bergoyang akibat ombak yang besar menghantam kapal.

Kaki Liliana tak bisa digerakkan, dia ingin memundurkan langkahnya tapi tak bisa. Angin itu kembali menerpa tubuh Liliana sampai oleng dan jatuh kedalam laut.

"Lili..!!"

"Liliana..!!"

"Yang Mulia..!"

Teriak orang-orang dengan histeris, ada mereka ingin melangkah tapi dipukul mundur oleh angin yang kencang.

Sedangkan Liliana di berusaha untuk berenang keatas setelah jatuh kedalam laut, namun tak bisa seolah kakinya tak bisa digerakkan dan sedang dikendalikan oleh sesuatu.

Dia terus berusaha untuk naik, tapi malah semakin turun. Udara disekitarnya juga tak ada, dia tak mempunyai kemampuan bernafas dalam air.

Tubuh Liliana menjadi lemas akibat terus bergerak, dia memukul kakinya agar bisa bergerak. Namun dia seperti ditarik kedasar laut disekitar dermaga.

'Apa ini menjadi akir dari kehidupanku? Ayah, Kakak. Aku menyayangi kalian. Pasukanku, aku bangga pada kalian semua.' batin Liliana sambil tersenyum dan menutup matanya.

Louise yang melihat adiknya jatuh langsung berlari mendekat setelah angin tadi berhenti berhembus dengan kencang.

Dia berenang ketempat Liliana jatuh tadi, sampai akhirnya dia melihat adiknya yang sudah berada didasar, lalu dengan kemampuan airnya dia menarik Liu Mei mendekat dan membawa adiknya keluar dari dalam sana.

Louise kembali muncul dipermukaan air setelah beberapa menit, pakaian basah kuyup sama seperti Liliana yang berada dalam dekapannya.

Semua orang sudah menunggu dengan tak tenang, beberapa prajurit juga ikut masuk kedalam air untuk membantu putra mahkota mereka.

Kaisar Arthur langsung mendekat setelah dia melihat kedua anaknya muncul kepermukaan. Dia langsung memeluk Liliana.

Air mata kaisar Xian langsung tumpah, dia berteriak histeris. "Lili bangun... Lili..jangan tinggalkan ayah,

Lili bangun!"

"Cepat, bawa dia ke istana dan selamatkan putriku!!"

Sedangkan ditempat yang berbeda, di dunia modern.

Seorang gadis sedang menjerit kesakitan. Didepannya ada seorang pria yang sedang tertawa dengan sangat menyeramkan.

"Dasar gadis bodoh, mau saja ditipu!" ujarnya dengan kasar.

Plakkk...

Bruggg...

Bruggg...

Tamparan dan pukulan terus dia terima, air matanya sudah bercampur menjadi darah.

"Sudah sayang.. biarkan dia pergi, aku sudah malas melihatnya disini." ujar seorang wanita yang datang dan bermanja didepan pria itu. Dengan menempelkan badannya pada pria itu.

"Sayang.. kau sangat cantik dan seksi, tak seperti si buruk rupa itu." tunjuknya pada gadis yang tengah terpojok didalam ruangan itu.

"Alex, biarkan dia pergi sayang. Aku sudah tak tahan lagi ingin bermain denganmu, ayo.." godanya sambil menatap sinis pada gadis yang terpojok itu.

"Baiklah, tunggu sebentar." ujarnya sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dalam dompet, lalu melemparkannya pada gadis dihadapannya.

"Itu, didalam sana ada 4 miliar. Pergi dari sini dan jangan kembali lagi, pertunangan kita putus!" ujarnya kemudian menarik gadis yang berpakaian seksi itu kedalam kamarnya.

Saat pintu tertutup, suara erangan kenikmatan terdengar dari dalam sana. Bahkan wanita itu sampai membuka kembali pintu dan terlihatlah tubuh mereka yang tak memakai sehelai benangpun, dia menatap sinis pada pintu.

Dia tahu, jika gadis yang baru saja dicampakkan oleh tunangannya berdiri disana.

Dengan hati yang remuk, gadis itu berjalan dengan gontai diruang tamu. Mengambil tas kecil miliknya, dan memasukan kartu kredit itu kedalam sana. Lalu melangkah keluar dari apertemen milik tunangannya.

Ralat!... mantan tunangan.

Hari ini adalah hari ulang tahun tunangannya, dia bermaksud untuk memberikan kue yang sudah dibuat olehnya dengan susah payah. Namun diluar dugaan, ternyata pria itu sedang bercumbu dengan sahabatnya sendiri.

Alina Taylor, itulah namanya. Seorang gadis yang dituangkan dengan seorang pengusaha muda sukses, pemilik salah satu perusahaan properti di Indonesia. Pria itu Bernama Alex Ferdian.

Dengan langkah gontai, Alina berhenti di jembatan. Entah sudah berapa lama dia berjalan, tapi waktu sudah menunjukkan larut malam.

Tatapannya kosong, dia benar-benar putus asa. Entahlah apa yang berada didalam pikirannya, Alina langsung menjatuhkan tubuhnya ke jembatan.

Setelah menyentuh air, barulah dia sadar. Ingin berenang keatas, namun tak bisa. Saat itu juga sedang hujan lebat baru saja reda, arus sungai masih sangat keras.

'Aku belum mau mati, aku masih harus membalaskan dendam ku pada mereka yang telah menyakitiku.

Aku belum menjemput Azka pulang!

Siapapun, tolong..' Batinnya.

Perlahan kesadarannya menghilang, namun baru beberapa detik ada cahaya yang menyelimuti tubuhnya.

Saat itu juga, mata Alina kembali terbuka, lalu berusaha untuk naik kepermukaan.

Dia berpegang pada batu besar yang menjadi penghalang arus sungai.

"Sial..." ujarnya. Namun perlahan kesadarannya juga ikut menghilang, Dia pingsan disana.

NOTE...

Hai para raiders, ini novel Time Travel pertama author, maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan kalimat disini.

Salam hangat...

Zero^-^