Ketika Kavin pulang dia langsung disambut oleh sebuah tamparan, tubuhnya yang masih lemas sontak terhuyung. Kavin hampir terjatuh kalau dia tidak dibantu oleh Amora. Ternyata tamparan itu berasal dari tangan milik Mahendra, dia menatap Kavin dengan marah hingga sorot mata Mahendra sangat menakutkan. Bahkan tangannya yang membuka lebar siap untuk menampar Kavin lagi.
"Apa yang kamu lakukan, Kavin?" geram Mahendra.
Kavin yang mulai pulih kesadarannya tampak bingung kenapa papinya itu menampar dirinya. Apakah karena Kavin tidak pulang tadi malam atau karena dia ketahuan minum di bar.
"Memang kenapa kalau aku ingin bersenang-senang, aku juga butuh refreshing. Papi memang nggak mengerti perasaan aku," kata Kavin.
"Jadi kamu pikir dengan kamu ke sana kamu bisa menyelesaikan masalah kamu. Papi pikir kamu itu sudah lebih baik kamu lebih dewasa, tapi ternyata kamu memang nggak bisa dipercayai," terang Mahendra.
"Dari dulu Papi memang nggak pernah mempercayai aku kan?" sahut Kavin.