Amora dan Alan duduk di bangku yang ada di taman rumah Mahendra. Menatap malam yang berbintang dengan bulan terang seakan menemani mereka.
"Ra, bagaimana kalau kamu tinggal di rumah aku," tawar Alan.
"Maksud kamu tinggal sama kamu?" tanya Amora.
"Enggak lah, aku kan tinggal sama orang tua aku. Kalau aku mengajak kamu tinggal bareng, yang ada aku bisa diusir dan nggak diakui sebagai anak lagi," sahut Alan.
"Ya aku juga nggak mikir gitu kok," cicit Amora.
"Aku juga nggak mikir macam-macam tentang kamu, selain rasa kagum aku ke kamu."
Amora hanya diam tidak membalas perkataan Alan. Akhir-akhir ini Alan memang selalu memplesetkan kata-katanya ke arah yang berbau ke sana.
"Kamu tinggal di rumah yang aku bangun untuk istri aku kelak," lanjut Alan.
"Wanita itu beruntung sekali mendapatkan laki-laki hebat dan bertanggung jawab seperti kamu," ucap Amora.
"Tapi pasti yang dia pilih adalah yang paling baik," sahut Alan.
