Athala memang bisa sukses dari penipuannya, pemerasan pada Elena dan sifat buruknya. Namun seperti kata Geisha, kebusukan akan tercium juga lama-lama.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Amora.
"Cek cek, kamu kok sombong sekali sekarang," sahut Athala.
"Aku nggak punya waktu untuk mendengar ocehan kamu yang nggak jelas," ejek Amora.
"Oh iya aku lupa, sekarang Papi sedang sekarat kan. Aku turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya ya," sahut Athala.
"Papi aku belum meninggal," tandas Amora.
"Aku mengucapkan duluan nggak apa-apa kan?"
Spontan tangan Amora melayang ke pipi Athala, untuk pertama kalinya Amora bersikap kasar pada Athala. Terlihat Athala mengusap pipinya yang perih bekas tamparan Amora.
"Pergi dari sini," teriak Amora.
"Aku ke sini mau melihat keadaan rumah aku," ujar Athala.
"Apa kamu bilang, rumah kamu?" ulang Amora.
"Aku anggap tamparan tadi adalah penyambutan untuk aku," kata Athala.
"Kamu gila," hina Amora.